Salah satu hiburan favorit segala umur. Pemutaran film (kami menyebutnya biaskop) gratis di lapangan oleh produsen sebagai sarana promosi ini selalu dibanjiri penonton. Menjadi pasar yang menjanjikan bagi para pedagang kacang goreng, bakso, gorengan, arem-arem, dan lain-lain. Ini karena ada adat istiadat yang tidak tertulis bahwa kalo ada biaskop di lapangan, maka kami akan mendapat uang saku dari orang tua kami. Segala ritual sebelum pemutaran biaskop misbar ini, pasti jadi daya terik bagi orang-orang ramai. Dari meminta ijin ke kepolisian (njaluk idi), muter-muter desa menyiarkannya memakai speaker/pengeras suara (kami biasa menyebutnya "HALO-HALO"), sampai saat memasang layarnya di lapangan. Pokoknya heboh habis ...
Sebelum biaskop diputar, biasanya kami main patangan dulu. Ada yang melempar-lempar sarung di depan layar. Ada yang menyorot-nyorotkan lampu senter ke layar. Kalo filmnya terlalu lama gak diputar-putar juga biasanya kami langsung teriak-teriak bersama-sama. Awit !!! ... Awit !!! ... Awit !!! ... (artinya Mulai !!! ... Mulai !!! ... Mulai !!!...).
Besoknya kami akan saling bercerita tentang film semalam dengan gayengnya. Menirukan gayanya, suaranya, dan lain-lain seolah-olah yang diceritain gak nonton filmnya. Padahal kami kan nontonnya bareng-bareng ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar