Suatu malam karena di rumah tidak ada makanan untuk makan malam, saya dan istri bermaksud membeli nasi goreng di abang-abang yang lewat. Maksud kami biar irit saja. Dengan harga waktu itu Rp. 6.000,- sudah termasuk telur maka 3 porsi paling-paling harga totalnya jadi Rp. 18.000,- (anak saya yang nomer 2 tidak dibelikan karena lebih suka minum susu).
Saat masih menunggu itu tetangga sebelah lewat anaknya mengantari kami ayam goreng tepung yang masih panas. Jumlahnya enam potong. Wah ... Lumayan ... Dalam hati kami berkata ... Penghematan ...
Kamipun segera menyantapnya bersama-sama. Saking senangnya kami makan tanpa nasi. Karena tanpa nasi, saya dan istri makan masing-masing dua potong. Maksudnya dua potong yang terakhir buat anak saya yang pertama. Tetapi ternyata kejadiannya tidak sesuai rencana.
Begitu anak saya yang kecil lihat ada ayam goreng tepung, dia bangun dan minta bagian. Padahal tadinya dia tidak ada rencana makan malam karena sudah minum susu. Kakaknya menolak memberikan sepotong bagiannya buat adiknya. Alasannya bapak ibunya saja tadi dapat dua potong. Adiknya menangis. Sayapun menyuruh agar kakaknya memberikan bagiannya yang sepotong buat adiknya. Kali ini kakaknya yang nangis. Kini dua-duanya sudah menitikkan air mata.
Rasanya seperti buah simalakama nich ...
Karena merasa bersalah akhirnya saya mengambil keputusan begini, kakaknya memberikan sepotong ayam gorengnya buat adiknya dan saya dan istri berjanji mau keluar ke salah satu mall untuk membeli ayam goreng tepung lagi.
Karena kami juga kebetulan masih agak lapar, sekalian saja kami beli beberapa potong. Totalnya habis Rp. 50.000,- an.
Yach ... Tidak kusangka tidak kuduga ...
Rencana irit membeli nasi goreng cuma Rp. 18.000,- ...
Dan sepertinya mau menjadi penghematan karena mendapat gratisan ayam goreng tepung dari tetangga ...
Ternyata ... Nyatateeerrr ...
Malah tekor Rp. 50.000,- ... He .. he .. he ...
Manusia memang cuma bisa merencanakan, Tuhanlah yang menentukan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar