Pas musim pohon Mahoni berbuah aku senang sekali mencari buahnya yang bentuknya bagus dan bisa terbang seperti baling-baling helikopter. Biji mahoni ini rasanya luar biasa pahit. Kata orang-orang bisa dijadikan jamu.
Untuk menguji nyali aku sama Ondhot pernah berani-beranian nelan biji mahoni. Kami masing-masing megang satu biji mahoni. 1 .. 2 .. 3 .. yak lomba dimulai. Ondhot langsung berhasil menelannya. Aku juga langsung masukkan ke mulut, dan tidak bisa ke telan saking pahitnya. Beberapa kali kucoba malah mau muntah-muntah. Setelah aku berhasil menelan, ternyata Ondhot cuma ngakali aku. Dengan trik sulap dia masukkan biji mahoni ke saku dan bukannya ditelan. Aku ketipu ...
Di hari yang lain kami berdua pergi ke pohon jambu biji di hutan (namanya Sipete). Pohon jambu ini tumbuh liar dan biasa dijadikan arena bermain anak-anak. Tentu saja sambil memetik jambu kalo ada yang matang. Tapi itu nyaris mustahil. Lha wong pohon itu tiap hari disatroni puluhan anak kok. Mana mungkin ada yang sempat meteng.
Waktu kami tiba di pohon jambu itu di situ sudah ada beberapa anak yang lagi manjat. Kebiasaan di situ adalah apabila ada anak yang menemukan jambu dengan kondisi terbaik maka dia akan merasa bangga sekali (setengah matang atau ukurannya cukup besar. Karena ga mungkin nemu jambu mateng. Warnanya yang kuning mencolok akan langsung tertangkap dan mustahil lolos dari tatapan mata elang anak-anak di situ).
Aku langsung menantang Ondhot untuk berlomba mencari jambu di situ. Dia langsung setuju dan buru-buru memanjat. Dia cepat-cepat mencari buah jambu dengan menyusuri dahan demi dahan. Akhirnya dia nemu beberapa jambu berukuran sedang tetapi masih hijau dan keras sekali. Dia tunjukkan ke aku. Aku kemudian segera memanjat dan mencari jambu juga. Beberapa menit kemudian aku tunjukkan sama Ondhot aku dapat dua jambu berukuran besar dan berwarna kuning pertanda sudah matang sekali. Tidak hanya Ondhot, tapi seisi pohon (kayak rombongan monyet jadinya) memandangku ke arahku dengan takjub dan terkagum-kagum. Aku menang telak dari dia.
Padahal ada rahasia di balik layar atas kemenanganku yang gilang gemilang. Sebelum main ke hutan aku menyempatkan diri mampir ke warung buahnya mbah Arjo untuk membeli dua buah jambu yang sudah kuning dan matang. Jambu itu kusembunyikan di saku dan kukeluarkan setelah sampai di atas pohon.
Kali ini dia yang ketipu ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar