Sehabis wisuda kami bertiga, saya, ibu dan adik saya yang berumur 7 tahun akan pulang ke Wonosobo. Kami bermaksud pulang dengan naik bis lewat terminal Lebak Bulus. Setelah kurang lebih 30 menit naik angkot D08 kami sampai di terminal Lebak Bulus. Turun dari angkot kami langsung diserbu oleh calo-calo yang berada di terminal. Mereka menarik-narik tas kami. Ibu dan adik saya yang tidak pernah mengalami kejadian seperti ini menjadi ketakutan. Karena didesak-desak dan ditanya-tanya terus, ibu saya yang tidak berpengalaman menghadapi serbuan calo langsung menjawab bahwa kami akan pulang ke Wonosobo. Mendengar itu calo/crew bis P*NC* JAYA yang memang bis jurusan Wonosobo langsung merebut tas dari tangan kami. Kami sudah menolaknya karena saya tahu reputasi bis ini, tapi mereka terus mengintimidasi kami. Akhirnya kami terpaksa masuk ke bis P*NC* JAYA.
Hati saya panas sekali. Saya tidak bisa menerima kekalahan ini. Bagi saya, ini adalah sebuah penghinaan. Saya kasihan melihat ibu sama adik saya. Mereka sepertinya masih ketakutan. Otakku berpikir keras bagaimana caranya aku meloloskan diri dari situasi seperti ini. Dan kemudian aku ingat sesuatu. Di otak saya menggema musik ini:
Teeeeng ... teeeng ... teng ... teng ... teng ... teng ... teeeeeng ... (Mohon nadanya dilagukan sesuai musik latarnya film Once Upon A Time In China-nya Jet Li ...).
Aku inget petuah Samo Hung buat Jet Li di film Kungfu Cult Master tentang kekuatan jurus Taichi:
"Jika tidak ada lagi kekuatan dalam dirimu, maka gunakan kekuatan orang lain untuk mengalahkan musuh-musuhmu".
Aku nekad turun dari bis itu dan langsung menuju counter tempat penjualan bis DAMRI (dari awal kami memang bermaksud naik bis ini). Di loket itu saya bilang sama crew yang ada di situ bahwa saya, ibu sama adik saya sebenarnya mau naik bis DAMRI tetapi malah ditarik-tarik oleh calo/crew bis P*NC* JAYA.
Mendengar pengaduan saya para crew bis DAMRI langsung marah. "Mana bisnya !!!" kata salah satu dari mereka. Saya tunjukkan bisnya. Mereka langsung menyerbu dan mendatangi bis yang kami naiki tadi. Sambil marah-marah mereka masuk bis dan mengambil tas-tas kami. Crew bis P*NC* JAYA ketakutan karena kalah jumlah dan mungkin memang merasa bersalah.
Selanjutnya saya, ibu dan adik saya berjalan melenggang dengan bebas dan gagahnya seperti tamu kehormatan yang dikawal sejumlah bodyguard menuju bis DAMRI (bayangkan cara berjalannya sekelompok cowboy di film "TOMBSTONE"). Tas-tas kamipun dibawakan oleh para crew bis DAMRI.
Ibu dan adik saya senang.
Dan di bibir saya tersungging senyum penuh kemenangan. TAAA...AAICHIIIII ...
2 komentar:
Memang tingkah calo-calo pada jaman itu seperti itu pak......kalau sekarang masih sama enggak ya ?
Pada jaman itu memang demikian. Di Pulogadung keadannya malah lebih buruk lagi. MOga-moga sekarang sudah membaik, walaupun cukup sulit ...
Posting Komentar