Hampir semua anak pasti mengenal yang namanya layangan/layang-layang. Jangankan anak-anak. Orang tua saja banyak yang keranjingan sama jenis mainan yang satu ini. Ada yang hanya suka memainkannya, tetapi banyak juga yang suka sama sangkut-sangkutan dengan layang-layang lain.
Bagi yang suka main sangkut-sangkutan ini biasanya sudah menggunakan benang khusus. Yaitu benang gelasan. Yang paling terkenal adalah benang gelasan "Tjap Gadjah". Apalagi yang obar-abir (berwarna-warni), itu adalah senjata pamungkasnya para petarung.
Untuk para petarung sejati (terutama yang ga punya duit), biasanya mereka membuat benang gelasan sendiri (istilahnya "nggelas"). Bahan dasarnya adalah kaca yang ditumbuk, direbus dengan obat yang bernama anchor dan diberi pewarna sesuai selera. Tetapi tidak sedikit yang menambahkan zat yang menurut saya tidak logis. Tapi menurut mereka ini akan mampu membuat benang gelasan bikinan mereka jadi lebih kuat. Yaitu pucuk tai (bagian ujung kotoran manusia). Saya sendiri tidak pernah percaya apalagi sampai menerapkan resep ini. Walaupun masih kecil saya tetap tidak bisa menerima teori ini. Di samping merasa jijik tentunya.
Cuma waktu kecil saya melakukan suatu kesalahan prosedur setiap membuat benang gelasan. Dalam pikiran saya, pecahan kaca yang tumbukannya kurang halus akan membuat benang seperti ditempeli ribuan pisau sehingga akan dengan mudah mengiris benang musuh-musuhnya. Ternyata itu salah. Pecahan kaca justru harus ditumbuk sehalus mungkin sehingga menempel erat dan berfungsi sebagai tameng dari serangan benang lawan-lawannya.
Jadi ternyata filosofi pembuatan benang gelasan adalah filosofi bela diri. Bukan bersifat agresif. Kalau teori saya diterapkan, ternyata ramuan susah menempel di benang. Akibatnya kalo lagi bertarung mudah keok. Sebentar saja bennag layang-layang saya langsung digorok oleh saingan.
Lewung deh ... (Orang Surabaya bilang: Tebal !!! Tebal !!! Tebal !!!)
1 komentar:
om mau tanya kl bahan gelasan yg di maksudkan anchor tuh apaan ya? kl mau beli anchor musti di toko apa?
balas ya om? maturnuhun.
Posting Komentar