Suatu malam aku, Agus sama Duto makan Indomie rebus di warung akang deket tempat kost-nya Agus sama Duto. Di dalam warung itu sudah ada 3 mahasiswa lain yang duluan duduk. Kami tidak mengenal mereka. Kemudian kami duduk dengan berjejer. Posisiku adalah tempat duduk yang jejer dengan mahasiswa yang tidak kami kenal tadi.
"Mie rebus kang. Pake telor ya. Kasih Blueband juga ...!" Kataku sok kota. Padahal ide nambahi mentega ke mie rebus juga cuma tiru-tiru pembeli lain yang kulihat sebelumnya (jangan-jangan dia juga sok kota karena lihat pembeli sebelumnya juga ya?). Karena 6 orang pembeli ternyata pesannya sama persis, maka seperti kebiasaan yang sudah-sudah Si Akang langsung membuatnya dengan sekali masak saja dalam satu wajan. Sambil menunggu mie rebus matang kami berbincang-bincang.
Lima belas menit kemudian mie rebus matang. Akang membaginya menjadi 6 porsi.
Mangkokpun dibagikan "DENGAN ADIL" kepada kami. Paduan kuningnya mie bertirai putihnya telur rebus, berhiaskan sawi nan hijau dengan taburan bawang goreng garing coklat nan menawan (kalian hapal banget sama teksturnya kan ?) terhidang di depan kami..
Segera suasana menjadi sibuk. Seperti ada lomba memasak. Masing-masing membuat racikan dan paduan bumbu sesuai resep andalan masing-masing. Ada yang ngasih saosnya banyak banget sampai mangkoknya kelihatan seperti lautan darah, ada yang ngasih mricanya ugal-ugalan, dan lain-lain.
Demikian pula aku. Setelah aku kasih saos dan mrica secukupnya mie rebusku aku aduk (kalian hapal banget kan urut-urutan ritual ini ?).
Dan ... Lho ... Kok aneh ???
Kenapa ada 2 kuning telur di mie rebusku.
Wah ini kejutan besar buatku.
Rejeki nomplok !.Aku gembira sekali.
Tapi sejenak kemudian aku langsung sadar dan berpikir logis:
"Kalo ada 2 kuning telur di mangkokku berarti ... ???"
"Ada satu mangkok yang tidak ada kuning telurnya !!!".
Langsung saja pandanganku menyapu ke mangkok-mangkok dan pembeli lain di sekelilingku. Dan pandanganku berhenti pada salah satu pembeli yang terpaut satu orang sama aku. Kulihat matanya melotot melihati mangkokku. Mukanya terlihat penuh angkara murka !!!
Waahh ... Rupanya kuning telur yang ada di mangkokku seharusnya ada di mangkok dia.
Aku sebenarnya juga merasa ga enak. Tapi masak kuning telurnya aku kembalikan. Suasananya makin gak kondusif saja kan ?
Akhirnya tetap aku nikmati saja mie rebus cap dua telor.
Dalam hatiku berkata begini:
"Sudahlah Mas. Rejeki sudah diatur sama Yang Di Atas. Walaupun kali ini lewat tangan Akang ..."
" Lain kali kalo bawang gorengku ikut ke mangkok sampeyan, saya akan ikhlas kok ..." ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar