Jauh sebelum ada acara Panji Sang Petualang sebenarnya kami sudah mengawalinya sejak kami SD. Dulu kami senang sekali bermain-main dengan ular beneran. Sudah kami seneng main-main sama ular, guru kami yang bernama Pak Tontowi memberikan informasi bahwa apabila ular dipegang buntutnya, maka kepalanya tidak akan dapat menggigit tangan yang memegangnya.. Jadinya setiap ada ular biasanya langsung kami kejar kemudian kami pegang ekornya, kami angkat. Setelah puas dimain-mainkan lalu kami banting sampai mati (sadis ya?).
Kebiasaan saya memegang-megang ular sewaktu kecil membuat saya dapat mengatasi kejadian di kost-kostan saya waktu SMA dengan tenang. Waktu itu saya lagi main ke kamarnya Herdiyanto teman saya. Di kamar dia memang banyak kabel yang berserakan. Tetapi suatu hari saya merasa bahwa salah satu gulungan kabel bergerak-gerak dan seperti ada kepala yang melongok-longok ke atas.
Setelah saya amati lebih seksama ternyata benar juga kecurigaan saya. Benda mirip gulungan kabel berwarna putih merah hitam itu adalah ular. Segera saja saya ambil potongan bambu dan mau tak gebuk. Tetapi ular itu langsung lari sembunyi di kolong tempat tidur Herdiyanto. Segera saya ikutan masuk ke kolong ranjang.
Dan bug !!! Ular langsung klenger ...
Nasib ular ini lebih baik daripada nasib ular yang saya temukan di kamarku. Karena ular yang masuk ke kamarku dari pohon di luar rumah ini baru saya temukan terjepit di kaca nako jendela kamarku sudah dalam keadaan tulang belulang. Berarti dia mati sengsara dengan pelan-pelan tanpa ketahuan oleh penghuni kamar ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar