Aku masuk SD pada umur 6 tahun. Pada waktu itu aku masih termasuk agak kekecilan. Jadi mental dan daya nalar dalam mengambil keputusan masih kurang logis.
Contohnya adalah kejadian ini.
Waktu itu masih hari-hari pertama masuk sekolah. Aku sich biasa-biasa saja di sekolah. Ga perlu ditunggui oleh orang tua atau orang lain. Sekolahan waktu masih menggunakan meja dan kursi yang masih menjadi satu yang beratnya minta ampun itu lho. Yang bentuknya mirip kuda-kudaan dari kayu. Yang di bagian atas sebelah depan tepat di tengah-tengah ada lubang (yang sampai sekarang masih bikin aku penasaran karena tetap tidak tahu apa fungsinya).
Aku duduk di bangku deretan nomor tiga dari depan. Hari itu aku kebelet kencing banget. Aku berusaha menahan sekuat tenaga, tetapi lama-lama tidak tahan juga. Karena masih pertama-pertama sekolah makanya saya masih tidak tahu prosedur atau etika minta izin untuk ke belakang. Makanya kemudian aku nekat saja. Aku jongkok untuk kencing di bawah meja. Bentuk meja memang sangat sempurna buat tempat persembunyian. Besar, kokoh dan rapat layaknya benteng pertahanan.
Dengan mengendap-endap aku tunaikan hajatku dengan hati-hati. Aku pipis dengan perlahan-lahan takut kedengaran suara kemrocoknya. Aku keluarin perlahan-lahan sedikit demi sedikit.
Tapi alamaakk ... Sedikit demi sedikit ternyata bukan berarti jumlahnya sedikit.
Ternyata waktu itu jumlah kencingku banyak banget. Air yang keluar ga habis-habis dan aku masih belum tuntas. Pada saat aku selesai rasanya lega sekali. Tetapi masalah yang satu selesai masalah lain yang lebih besar menunggu.
Aku lihatin air kencingku perlahan-lahan mengalir ke arah depan. Rupanya lantainya agak miring ke depan. Dengan deg-degan aku amati pergerakan air kencingku yang terus merambat ke depan sambil berharap berhenti di bawah meja depanku.
Tapi apes ! Air kencangnya ternyata terus mengalir sampai ke depan kelas ...
Mukaku pucat pasi dan keringat dingin membasahi tubuhku. Apalagi pas Pak Guru (namanya Pak Syamsudin) berdiri dari meja dan menuju ke depan kelas untuk mengajar. Jantungku berdegup kencang. Takut beliau murka.
Tapi ternyata beliau sungguh bijaksana. Beliau hanya melirik air kencing itu dan hanya berusaha menghindar agar tidak menginjaknya sambil terus mengajar.
Terima kasih atas pengertiannya Pak !
Sekarang malahan aku kepikiran begini: jangan-jangan kejadian anak kencing di dalam kelas bukan aku saja pelakunya. Buktinya Pak Syamsudin begitu arif menyikapinya. Ya kan ...
7 komentar:
hahaha....lucu tenan pak boss, nganti kemekelen aku. untunge pak gurune pirso, dadi ra kepleset.
Yang di bagian atas sebelah depan tepat di tengah-tengah ada lubang (yang sampai sekarang masih bikin aku penasaran karena tetap tidak tahu apa fungsinya). => sak ngertiku bolongane gunane nggo nggletakke botol mangsi pak boss, jaman kumpeni mbiyen kan nulise nganggo mangsi....
Wah alkhamdulilah. Suwun banget infone. Soale biyen bolongan itu biasane tak isi buku tulis sik tak gulung. Mungkin sekelas ngertine bolongan iku gunane dileboni gulungan buku tulis ...
podo ae pak boss, gaweanku mbiyen yo nyumpel bolongan kuwi nganggo buku tulis.....
btw aku njaluk no hapene sampeyan oleh ra ? nek oleh, inbok pesbuk ae pak boss, suwun....
widayat wonosobo
what de kamsut ?
Email ke mana ?
hehehe.... jajal sampeyan sih kelingan g aku sopo ? lumayan sore" main mystery guess....
Posting Komentar