Hari Sabtu tanggal 08-09 Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengadakan pameran berupa Gelar Seni dan Budaya dengan tema “PESONA WONOSOBO” di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah.
Secara bergiliran setiap tahun kabupaten-kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah rutin mendapat jatah pentas di Anjungan Jawa Tengah TMII. Even ini bertujuan memperkenalkan kebudayaan Wonosobo untuk menggenjot tingkat kunjungan wisatawan domestik maupun manca negara ke Wonosobo. Sebagai catatan, di wilayah Propinsi Jawa Tengah hanya Kabupaten Magelang dengan Borobudur-nya yang jumlah kunjungan wisatawannya mengungguli Kabupaten Wonosobo.
Hadir dalam acara itu antara lain Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosida, Kepala Biro Hukum Kemenakertrans Sunarno (Ketua Ikatan Keluarga Wonosobo Se-JABODETABEK), Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo M Aziz Wijaya, perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov Jateng, Pimpinan Anjungan Jateng TMII dan perwakilan dari TMII.
Dalam even kali ini puluhan penari dan makanan khas Wonosobo didatangkan. Untuk menjamin mutu dan cita rasa makanan, beberapa penjual asli sekaligus tempat jualannya ikut diangkut ke Jakarta.
Tarian yang dipentaskan adalah Tari Sindung Lengger, Tari Jaran Kepang (di Wonosobo disebut Emblek), Tari Lengger, Tari Sendratari Cermin Telaga Warna dan Tari Dolanan Bocah. Salah satu yang menyegarkan adalah penampilan anak-anak dalam dolanan bocah yang berdialog dengan bahasa asli Wonosobo. Adapun jenis-jenis makanan yang disuguhkan antara lain adalah tempe kemul, geblek, teh, saoto, carica dan keripik jamur.
Panitia, pengisi acara dan pengunjung mendapat kejutan yang tidak terduga dengan hadirnya tamu kehormatan, yaitu 3 Menteri Pertanian dari negara-negara ASEAN beserta rombongan. Mereka tertarik untuk menyaksikan tarian-tarian yang sedang digelar di Pendopo Anjungan Jawa Tengah dan menyempatkan diri untuk menikmati 2 tarian sebelum kemudian berpamitan.
Pada akhir acara seluruh pengisi acara berkumpul di atas penggung pendopo kemudian bersama-sama turun mengajak seluruh pengunjung untuk ikut menari bersama-sama.
Acara berlangsung sukses dan diharapkan mampu mencapai tujuan utamanya yaitu memperkenalkan kesenian dan makanan khas asal Wonosobo dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
.
.
.
.
Keterangan:
1. Kacang Dieng: Dulu disebut kacang babi karena bentuknya mirip babi. Tapi karena takut menimbulkan persepsi negatif maka namanya diganti menjadi Kacang Dieng. Rasanya gurih mirip kacang kapri tetapi lebih enak.
2. Purwaceng: Tumbuhan ini adalah “viagra” nabati. Berkasiat meningkatkan vitalitas pria dan sudah digunakan sejak jaman raja-raja yang berkuasa di Dieng. Walaupun tumbuh di daerah lain, kualitas Purwaceng asal Dieng adalah yang terbaik.
3. Keripik Jamur: Pada awalnya jamur hanya diproduksi untuk pasar ekspor. Tetapi seiring meningkatnya daya beli masyarakat sekarang produksi jamur kebanyakan adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri.
4. Geblek: Makanan terbuat dari tepung singkong. Teksturnya liat dan rasanya gurih.
5. Sego Megono: Nasi yang dicampur dengan triwis (daun kol yang sudah tua), kacang panjang, ikan teri dan parutan kelapa. Merupakan sarapan wajib penduduk Wonosobo.
6. Mie Ongklok : Mie yang direbus bersama kol. Ditambahi saus berbentuk gel. Dari semua mie yang ada di Indonesia, mie ongklok adalah yang paling khas ditinjau dari segi penampilan, rasa dan cara pembuatannya. Nama mie ongklok berasal dari cara membuatnya yang diongklok-ongklok (Bahasa Wonosobo yang artinya dikocok-kocok).
7. Tempe Kemul: Tempe goreng yang dibalut tepung. Yang membedakan tempe kemul dengan jenis tempe tepung lainnya adalah dalam hal jenis dan komposisi tepung yang digunakan sehingga tempe kemul mampu bertahan tetap renyah dalam waktu lama pada dinginnya udara Wonosobo (di kota lain ada yang mengakali dengan memasukkan plastik ke minyak gorengnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar