Waktu SMP aku selalu berangkat dan pulang sekolah bareng temanku. Namanya Yanto (disamarkan). Dia tetangga rumahku di Kepatihan tetapi beda kelas. Suatu hari dia menolak kuajak pulang bareng. Alesannya ada urusan lain.
Tetapi besok-besoknya dia tetap tidak mau kuajak bareng. Setelah kulakukan penyelidikan dan penyidikan seperlunya akhirnya aku dapat informasi penting. Ternyata dia sedang diincar oleh preman SMP kami. Murid SMP yang tubuhnya paling besar dan pernah tidak naik kelas. Memang dia adalah orang paling ditakuti di sekolah kami. Horor pokoknya. Rambutnya saja njegrik mirip-mirip rambutnya preman film mandarin yang suka tatoan. Jadi saking takutnya, Yanto temenku itu selalu pulang dengan mengambil jalan memutar yang jauh untuk menghindari jalur normal yang biasa kami lewati. Itu dia lakukan demi menghindari ancaman si preman.
(Saya ga tahu kenapa mulut saya sering mengeluarkan kalimat ngocol yang berpotensi mencelakai diri sendiri. Ya di sini ini contohnya.)
Setelah mendengar cerita Yanto bahwa dia sedang diincar oleh jawara sekolah tanpa terkontrol mulutku nyelonong ngomong gini:
"Tenang To. Nanti kalo dia mau mukulin kamu biar aku yang hadapi ...". Omonganku itu sebenarnya cuma guyonan thok. Ga mungkin lah aku berani nglawan tukang jagal itu. Mau cari mati apa? Bisa-bisa aku pulang tinggal celana nama doank.
Tapi rupanya guyonanku itu dianggap serius oleh Yanto. Dia malah percaya sepenuhnya sama omonganku. Dia merasa bahwa aku benar-benar akan memberikan "perlindunganku". Payahnya lagi dia cerita-cerita sama temanku yang lain. Beberapa teman sampai mengagumi nyaliku. Dan akhirnya desas-desus ini sampai juga ke telinga si preman. Aku jadi keder. Soalnya beberapa kali matanya melotot ke arahku. Aku pura-pura ga tahu saja dari pada cari penyakit.
Jadi sejak hari itu Yanto berani pulang lewat jalur biasa dengan tenang gara-gara "perlindunganku". Dan sekarang gantian hatiku yang empot-empotan tiap pulang sekolah karena takut dihadang dan digebukin si preman dan konco-konconya.
Yang mengherankan ternyata pada akhirnya aku ga pernah diapa-apain sama dia. Malah kelihatannya dia jadi agak segan sama aku. Dia mungkin berpikir aku anak bernyali singa ...
(Nyali kucing mah iya. Suka makan ikan asin ...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar