Karena sejak kecil aku hidup di terminal makanya jangan heran jika kenalanku dari semua golongan ada (maksudnya segala profesi rendahan). Kami mengenal siapa saja tukang copet dan kutil yang beroperasi di pasar. Tukang tipu, preman, maling, pelacur, dan profesi-profesi sejenis lainnya. Bergaul dengan lulusan hotel prodeo adalah hal yang biasa buat saya.
Kejadian ini terjadi sewaktu saya masih SMA. Waktu itu aku ngekost tempat Herdiyanto. Karena jarak tempat saya tinggal dengan sekolahan sekitar 20 km.
Suatu malam saya jalan-jalan sama Herdiyanto keliling kota Wonosobo dengan berboncengan sepeda motor. Kami memang sering melakukan ini. Malam itu sebenarnya rute yang kami lalui adalah rute yang biasanya. Salah satu yang jalan selalu dilalui adalah jalan paling ramai dan paling besar di Wonosobo yang kalo malam digunakan para WTS mangkal. Di Wonosobo daerah ini dikenal dengan sebutan sarsor. Singkatan dari pasar ngisor.
Tapi malam itu rupanya aku lagi apes. Pas jalan boncengan lewat sebelah sarsor aku dengar ada suara cewek teriak-teriak.
" Wid mampir ... !"
" Mampir Wid ... !"
Melihat arah datangnya suara sudah tentu yang memanggil-manggil aku adalah seorang WTS.
Melihat arah datangnya suara sudah tentu yang memanggil-manggil aku adalah seorang WTS.
"Sopo kae Wid ?", tanya Herdiyanto penuh selidik (siapa itu Wid).
"Mberuh jah ..."., jawabku (Gak tau).
Wah tapi daripada menjadi fitnah mending aku cari penjelasan kasus ini sekalian. Akupun muter sekali lagi lewat jalan itu dan dia kembali memanggil sambil ngawe-ngawe (melambaikan tangan). Setelah aku amati baru aku tahu. Ternyata dia adalah tetangga di Sepuran yang berprofesi sebagai pelacur. Biasanya dia mangkal di terminal Sepuran. Entah kenapa malam itu dia mangkal di sarsor Wonosobo. Mungkin omset dia di Sepuran makin turun akibat naiknya tingkat keimanan di desa saya, Sepuran ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar