Herjanto adalah teman satu kost-ku waktu tingkat I. Tubuhnya kecil dan kulitnya putih. Suara dan intonasinya kalo lagi bicara sangat khas. Pandangan matanya sayu.
Aku sangat menghargai jasa-jasa dia selama kuliah di Jurangmangu. Dia pula yang menghindarkan aku dari keburukan-keburukan yang mungkin waktu itu bisa menimpaku. Terutama keburukan sebagai mahasiswa tertua dan mahasiswa dengan nilai IPK terendah di kelas. Di kost-kost-an kami di daerah Sarmili (Sarang Militan) aku, Agus sama Herjanto punya kebiasaan berbeda.
Aku suka berolahraga untuk membentuk otot seperti rengen, push up dan shit up. Maksudnya biar badanku mirip Arnold. Tapi sayang waktu itu tidak didukung dengan gizi yang cukup. Pengen seperti Armold tapi makannya tiap hari warteg sama Indomie.
Kalau Agus suka merawat mukanya. Dia suka beli produk perawatan muka yang cukup mahal untuk ukuran waktu itu. Mereknya R**tra. Tapi mungkin karena bahan dasarnya (muka dia) yang sudah kelewat jelek, jadi produk itu nyaris tidak punya efek sama sekali.
Kalau Herjanto malah tidak ada yang dia lakukan. Sepertinya hidup dia gak punya target atau tujuan. Tiap hari apa yang dia lakukan mengalir begitu saja. Kuliah - ke masjid - makan - tidur - mandi. Begitu seterusnya.
Suatu hari kami baru datang dari kampung karena baru saja libur ujian semesteran.
Waktu kami bertiga bertemu kami mengisahkan cerita masing-masing yang kami alami waktu di kampung :
Aku : " Kok aku sama keluargaku di bilang makin kurus saja. Padahal aku kan sudah berlatih dan berolahraga ya ..." (jelas saja orang makannya tiap hari kurang gizi terus).
Agus : "Aku malah dibilang makin item saja. Padahal aku sudah merawat mukaku ..." (yang ini aku tidak tahu apa penyebabnya).
Herjanto: "Ah kalian masih mending. Gue mah boro-boro ditanyain. Orang waktu datang dan pergi saja gue dicuekin ..." (Astaga ! Malang nian nasibmu nak ...).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar