Waktu kecil saya pernah ikut acara Maulid Nabi di mushola tempat saya biasa mengaji di Sidodadi. Kalo ada acara Mauludan berarti ada pembagian takir/berkat/nasi kotak (nasi yang dikemas menggunkan besek. Semacam wadah dari bambu. Sekarang banyak dimanfaatkan untuk wadah tape. Sedangkan takir yang kemasannya menggunakan daun biasa kami sebut koplok ijo).
Itu yang membuat anak-anak suka banget ikut acara ini. Saya berangkat dengan 4 saudara saya, yaitu Kuat, Sarno, Ondhot dan Siwal.
Ternyata acaranya lama banget. Karena Siwal sudah ngantuk dia maunya pulang (dia adalah yang paling kecil di antara kami). Kuat sama Sarno juga ikutan pengen pulang (Sarno adalah kakaknya Siwal). Jam 9 malam mereka bertiga akhirnya pulang.
Aku sama Ondhot bersikeras bertahan melawan rasa ngantuk. Sayang banget kan kalo sepulang dari acara Maulidan ini pulang gak bawa takir. Kami berdua terkantuk-kantuk sampai ketiduran menunggu acara selesai.
Lama sekali menunggu akhirnya jam 12 malam acara selesai.
Tibalah momen yang kami tunggu-tunggu. Pembagian takir. Setelah mendapat bagian kami pulang. Di jalan aku lihat ternyata aku cuma dapat lauk tempe goreng. Beseknya sudah bulukan lagi. Punya Ondhot masih lumayan. Dapat lauk telur rebus.
Tapi gak papalah. Yang penting pulang tidak dengan tangan kosong. Masih ada takir yang bisa aku pamerkan sama Kuat, Sarno sama Siwal. Aku pulang menuju rumah dengan penuh suka cita.
Sampai di rumah aku cepat-cepat masuk. Tapi lho ??? Kok di meja sudah ada 6 buah takir. Aku agak minder jadinya. Tapi kupikir itu paling takir yang diantari orang ke rumah.
Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Ternyata itu adalah takir yang dibawa oleh ketiga saudaraku yang pulang lebih awal tadi. Waktu mereka pulang jam sembilan ternyata kepada mereka tetap diberikan takir. Masing-masing orang dapat 2 takir lagi. Enak sekali. Sudah pulang awal dapatnya 2 takir. Sedangkan aku sama Ondhot yang nunggu sampai terkantuk-kantuk ketiduran malah cuma dapat 1. Khusus yang punyaku malah lebih celaka, karena lauknya cuma tempe goreng.
Malam itu aku terdiam menanggung malu dan kecewa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar