Sebelum hari ujian masuk STAN aku bermaksud survey lapangan dulu. Aku dapat jatah tempat tes di tadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno). Aku sengaja naik bus tingkat karena memang sudah ada cita-cita. Turun dari bis aku tanya sama Pak Polisi yang sedang tugas mengatur lalu lintas.
"Stadion Utama Senayan di mana ya Pak ..."
Lha kok polisinya agak sedikit bingung. Lalu nengak-nengok seperti mencari tempatnya dulu.
Lali dia menjawab:
"Itu dik. Ada perlu apa kesana?"
"Mau ikut tes STAN Pak."
Dia diam saja. Sepertinya tidak tahu yang aku omongin. Salah sendiri nanya.
Dari kejadian tadi ada yang membuat aku heran. Dia kok tidak langsung tahu di mana Stadion Senayan berada. Padahal dia bertugas di situ. Seharusnya dia hapal kan?
Aku jadi nyesel bertanya. Soalnya pas aku selesai nanya aku langsung melihat bahwa stadionya ada di depanku. Ya di belakang polisi tadi.
Setelah yakin menemukan tempatnya dan sudah menguasai jalur angkutannya aku pulang.
Di sini nich letak kebodohanku. Orang mau naik bis jurusan Kota lha kok malah aku pake acara nyebrang-nyebrang segala.
Mungkin sangking senengnya lihat jembatan penyeberangan yang tidak ada di Wonosobo kali ya. Jadinya aku lupa diri. Setelah nyeberang aku iseng-iseng jalan kaki agak jauh. Sampailah di depan Komdak. Aku dengan noraknya melihat-lihat gedungnya sambil berkata dalam hati.
"Wah ... Aku pernah lihat Kantor Polda Metro Jaya dengan mata kepala sendiri nich. Elit banget ...". (Emang ada yang pernah melihat pake mata kepala orang lain?).
Lagi asyik lihat-lihat tiba-tiba aku dengar suara aneh setengah membentak:
"Heh !!! Heh !!!".
Aku agak bingung mencarinya. Setelah tengak-tengok barulah ketemu yang empunya suara.
Di dalam pos jaga dengan posisi memegang senapan dan sorotan mata penuh kebencian seorang polisi memandang ke arahku.
Mungkin dia marah karena aku ga lihat dia. Dikira meremehkan kali ya. Akupun cuma bisa senyum-senyum sambil ngeloyor pergi dan mencari bis. Sekarang dia sudah jadi apa ya? Jangan-jangan sudah pernah jadi Kapolri.
Lihat bus kesayanganku (bis tingkat) kelihatan aku segera menyetopnya dan segera naik. Tadi sudah aku kasih tahu kan kalau aku sudah berada di sisi yang salah?
Makanya sebentar kemudian aku meratapi kebodohanku karena ternyata aku memasuki terminal Blok M.
Yach ... Sudah waktunya makin lama, bayarnya dobel lagi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar