"ABK dek siap muka belakang ... !!!"
"ABK dek siap muka belakang ... !!!"
"Kapal akan labuh sandar kiri ... !!!"
Suara dari pengeras suara terdengar nyaring. Menandakan kapal telah sampai ke tujuan. Perjalanan 26 jam yang cukup melelahkan akhirnya berakhir.
Aku tiba di kota Sampit. Kota yang akhirnya akan senantiasa menjadi kota yang penuh kenangan buatku. Kota yang sebelumnya hanya aku kenal dari permainan monopoli. Di monopoli ada kotak bertulis "STASIUN SAMPIT". Padahal di kota Sampit tidak ada kereta api, apalagi stasiun. Yang ada hanyalah lori pengangkut kayu. Ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa yang bikin permainan monopoli belum pernah datang ke Sampit.
Kota Sampit merupakan kota pelabuhan yang menggantungkan perekonomian pada industri kayu, rotan, kelapa sawit dan pertambangan.
Aku turun umpel-umpelan dengan penumpang kelas ekonomi lainnya. Sayangnya waktu tiba di Sampit adalah hari Minggu, jadi aku tidak bisa langsung bertemu teman-teman di kantor untuk minta tolong masalah penginapan. Jadi hari itu aku akan mendatangi famili tetangga saya di Sepuran yang sudah lama tinggal di kota ini. Tapi sebelum ke sana saya berinisiatif untuk mengunjungi kantor saya dulu agar pada hari Senin nanti saya tidak lagi bingung mencarinya.
Aku tanya sama seorang tukang becak:
"Kantor pajak di mana Pak ?"
"Oh Benyamin Theatre. Itu dekat ke sana ...".
"Terima kasih Pak ..."
Beberapa jauh berjalan saya bertanya lagi sama tukang ojek yang ada di perempatan jalan.
"Kantor pajak di mana Pak ?"
"Oh Benyamin Theatre. Ke depan belok kiri ...".
"Terima kasih Pak ..."
Daripada kesasar setelah berjalan beberapa puluh meter saya tanya lagi kepada seseorang yang ada di pinggir jalan.
"Kantor Pajak di mana Pak ... ?"
" Oh Benyamin Theatre. Itu sudah kelihatan atapnya ...", kata dia sambil menunjuk ke sebuah bangunan yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat saya berdiri.
"Terima kasih Pak ..."
Dari jawaban ketiga orang tadi saya jadi agak bingung kenapa mereka selalu menyebut-nyebut Benyamin Theatre. Analisa saya waktu itu begini: "Pasti Kantor Pelayanan Pajak Sampit terletak di sebelah atau di depan gedung bioskop Benyamin Theatre. Jadi untuk memudahkan mencarinya, orang-orang selalu menggunakan gedung bioskop itu sebagai ancer-ancer".
Sesampainya di bangunan yang ditunjuk orang tadi saya langsung terperangah ...
Alamak ... !!!
Rupanya KPP Sampit memang menyewa gedung yang sebelumnya adalah gedung bioskop Benyamin Theatre.
Tulisan Benyamin Theatre masih bisa terbaca dengan jelas.
Bahkan Bilyard sama Amusement Center yang ada di sebelahnya masih aktif ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar