Senin, 06 Juni 2011

Ngantar SPPT ...

Mutasi tugas saya dari Surabaya ke Jakarta menjadi salah satu momen paling menyedihkan dalam hidup saya. Sudah aman, tenteram, nyaman, sehat, rapi, indah di Surabaya kok ya harus pindah ke Jakarta. Tetapi tentu saja saya tidak boleh menolak. Ini sudah menjadi salah satu bagian dari resiko pekerjaan.
Pada saat saya pindah ke Jakarta, rupanya kantor tempat saya kerja sedang ada pekerjaan mengantarkan SPPT dari pintu ke pintu. Saya sendiri mendapat jatah untuk membagikan SPPT di sebuah jalan dengan nomor ganjil mulai nomor : 73 s.d. nomor 99 ditambah nomor 131 dan 151. Beberapa teman yang sudah memahami medan melakukan persiapan sepenuhnya. Mereka biasanya berangkat berdua menggunakan sepeda motor. Yang satu menyerahkan SPPT, dan yang lain menunggu di motor. Itu sangat efektif mengakali waktu, jarak tempuh dan ongkos parkir.
Sedangkan saya sendiri, seperti yang sudah-sudah, saya selalu mencoba cara baru tanpa bekal informasi yang cukup.
Inilah perhitungan saya waktu itu.
Saya berpikir bahwa jumlah alamat yang akan saya datangi adalah nomor ganjil dari 73-99, 131 dan 151. Ini berarti bahwa menurut hemat saya, saat itu bangunan yang harus dilewati berjumlah 151 -73 = 78 buah. Bila dikalikan dengan rata-rata lebar bangunan ruko 6 meter maka jarak yang musti saya tempuh adalah 468 meter. Hanya setengah kilo. Enteng. Saya rasa ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Esok harinya operasi penyebaran SPPT dengan sandi Gatep Membara launching. Saya memulai operasi dengan naik bajaj dan turun di alamat yang akan saya datangi pertama kali, yaitu alamat nomor 73. Dari situlah saya mulai maklum kenapa teman-teman menggunakan strategi boncengan pakai motor. Ternyata jumlah nomor alamat tidak mencerminkan jarak tempuh di lapangan. Baru nomor pertama aku datangi sudah membuat semangat yang tadinya menggebu-gebu langsung ciut dan terasa hampa.
Di nomor 73 saja ternyata sudah ada sebuah hotel besar, dua menara apartemen, sebuah gedung pusat perdagangan komputer dan sebuah komplek pertokoan. Tetapi sudah terlanjur. Saya tidak mau mundur. Perjalanan saya lanjutkan. Selanjutnya di lapangan saya juga menemukan fakta bahwa halangan dan rintangan tidak hanya berasal dari banyaknya alamat yang harus saya datangi. Jalan raya yang harus dilaluipun ternyata selalu mengalami banjir. Tidak  peduli hujan tidak peduli panas. Tidak peduli musim hujan ataupun musim kemarau, jalan di situ selalu digenangi air. Tetapi saya tetap tidak menyerah. Dengan berjalan kaki menggunakan sepatu kantoran saya menempuh nomor demi nomor yang tertera di SPPT. Yang ternyata bukan hanya merupakan nomor toko atau bangunan, tetapi juga merupakan alamat komplek pertokoaan yang besar dan luas. Akhirnya pekerjaan berhasil saya selesaikan hari itu juga. Walaupun telapak kaki saya sampai terasa panas dan sekujur badan terutama di bagian betis pegal-pegal.
Misi pertama saya di Jakarta terbilang sukses.
Alkhamdulillah ... 

Tidak ada komentar: