Suatu hari pas saya main ke rumah Ondhot, Wo Pawit (bapaknya Ondhot) pulang dengan membawa sesuatu yang menurut kami adalah coklat batangan. Beliau memakannya. Kelihatannya enak sekali. Kami berdua minta karena kepengen. Tetapi tidak dikasih. Pelit banget ! Pikir kami waktu itu.
Baiklah ! Nampaknya untuk memperolehnya kami harus melaksanakan langkah-langkah luar biasa. Dalam bahasa KPK-nya adalah langkah-langkah extra ordinary.
Aku sama Ondhot mempersiapkan operasi khusus. Kami berdua akan mencurinya. Kami menunggu rumah kosong. Nah pas Wo Pawit sudah pergi operasi kami laksanakan. Tapi pas operasi akan berlangsung ada anak lain yang datang. Namanya Orip. Dia adalah saudara kami yang juga musuh bebuyutannya Ondhot. Karena sudah terlanjur diapun kami libatkan juga. Aku dan Ondhot yang bertugas membongkar lemari dan mengubak-ubak tumpukan pakaian untuk mencari coklat tadi. Sedangkan Orip bertugas mengawasi keadaan di luar.
Dan akhirnya ...
Bingo !!
Coklat itu kami temukan. Masih ada empat potong. Lumayanlah untuk obat kepingin. Karena di kalangan ini aku adalah ketuanya makannya aku juga yang membagi coklat itu. Ondhot satu, Orip satu dan aku dapat dua. Coklat itu kami makan dengan riang gembira. Rasanya enak. Operasi sukses dilaksanakan.
Sorenya setelah siang tadi makan coklat, kulihat Ondhot sama Orip kelihatan pucat dan lemas sekali. Katanya mereka habis buang-buang air banyak sekali di sungai belakang rumah (jaman itu belum ada wc, jadi orang-orang memanfaatkan sungai dan blumbang/empang untuk buang hajat). Aku sendiri masih biasa-biasa saja. Tetap sehat wal afiat.
Malam harinya di rumahku lagi ada selamatan. Lagi rame-ramenya acara tiba-tiba perutku terasa mulas. Sakit sekali. Rasanya kebelet luar biasa.Aku langsung lari menuju sungai (lebih tepat disebut parit karena lebarnya kurang dari 2 meter). Begitu sampai aku langsung cari tempat di sebelah utara jembatan. Luar biasa sekali. Suasananya segera menjadi laksana perang teluk I. Ramai sekali.
Setelah selesai menunaikan misi akhirnya perutku terasa lega sekali. Tapi saat itu pikiranku yang tadinya kacau kembali normal. Aku baru sadar bahwa tempat yang aku gunakan ini letaknya ada di depan bengkel "PUTRA REMAJA" punya Pak Wir. Dan di tempat aku jongkoklah biasanya mereka membuang oli bekas dari kendaraan yang mereka perbaiki.
Tapi keadaan sudah terlambat. Setelah selesai dan berdiri barulah kelihatan. Celana dalamku, celana pendekku, pantat, kaki, sandal dan kedua telapak tangan saya berwarna hitam karena oli. Rupanya tadi aku cebok menggunakan oli bekas buangan bengkel.
Yah ... Memang beginilah seharusnya.
Otak dan dalang perbuatan kriminal harus dihukum lebih berat dari anak buahnya.
Tuhan memang Maha Adil ...
Baru besoknya Wo Pawit opyak/ribut.
"Urus-uruse nyong ilang !!!". ("Obat pencahar punyaku hilang !!!"}
Wah ... Rupanya benda berwarna coklat yang kami kira coklat batangan itu adalah urus-urus/obat pencahar untuk mencuci perut.
Pantas saja kami bertiga langsung ndlosor ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar