Senin, 18 Juli 2011

Kuch Kuch Hota Hai ...


Ini terjadi pada waktu saya masih kerja di KPP Sampit. Waktu itu lagi ngetop-ngetopnya film India berjudul Kuch Kuch Hota Hai. Adik-adik sama teman-teman saya sering bilang bahwa film ini bagus banget. Meskipun sudah banyak rekomendasi dari teman sama saudara, saya tidak pernah tertarik untuk menonton film India. Menurut saya film India pasti tidak bermutu. Isinya paling-paling tidak jauh dari jogad-joged, polisi korup sama pengadilan. Saya tetap tidak mau menonton.

Suatu hari saya berangkat ke Sampit setelah mudik dari Wonosobo. Saya naik kapal roro Dharma Kencana. Di kapal ini tidak ada tempat untuk tidur. Semuanya duduk di kursi. Saking penuhya kapal saya dapat tempat duduk paling depan. Posisi tempat duduk saya persis di depan televisi layar lebar (52" mungkin ya).
Setelah semua penumpang duduk di kursi masing-masing kapal berangkat. Beberapa jam kemudian di layar monitor diputar sebuah film. Film apa coba? Pasti sudah tau kan ? Judulnya Makelar Kodok !!! Upss ...becanda.
Judul filma-nya Kuch Kuch Hota Hai. Sebenarnya waktu itu pemutarannya sudah ketinggalan jaman. Soalnya film itu ngetopnya sudah sekitar setahun sebelumnya (waluapun sudah setahun tapi tetap masih ngetop). Di belakang saya ada anak kecil yang hapal semua lagu di film ini. Setiap ada lagu di film itu dia ikutan nyanyi sampai selesai. Aku yang denger rasanya ya antara lucu dan sebel deh ...
Karena ga ada acara lain atau bawa buku untuk dibaca (waktu itu belum ada hp), mau tidak mau aku harus konsentrasi sama hiburan satu-satunya yang tersedia di kapal, yaitu nonton film. Aku sebenarnya dari awal sudah sebal banget. Tapi semakin lama kutonton ternyata film ini semakin menarik. Makin lama aku makin konsentrasi. Aku mulai sebal sama penumpang kanan kiri yang ribut melulu.
Dalam hatiku berkata : "Tenang dikit kek. Film bagus nich .. !!!"
Aku benar-benar terbawa dengan alur cerita ini. Bahkan pada endingnya, waktu Anjeli mau kawin sama tunangannya, air mataku sudah mau netes saja. Aku tahan-tahan karena malu sama penumpang sekitar. Untungnya aku punya akal. Aku pura-pura menguap sambil mengucek-ngucek mata. Padahal sebenarnya aku menghapus air mata biar ga mengalir.
Hebat sekali film ini. Terakhir kali saya mengangis karena film adalah saat menonton film "Ratapan Anak Tirinya" Faradilla Sandy. Itu waktu saya masih SD ...

Tidak ada komentar: