Sore itu aku mau pulang ke kost-kostan setelah mengunjungi saudaraku di Jakarta Utara. Setelah berganti beberapa kendaraan, angkutan yang terakhir aku naiki adalah angkot KWK-06.
Waktu aku naik di dalamnya sudah ada 4 penumpang. 3 orang laki-laki dan seorang perempuan (seorang ibu-ibu).
Sampai di daerah pertigaan yang menuju Bintaro (saya ga ingat namanya) ibu-ibu tadi mau turun. Tetapi salah seorang laki-laki sepertinya sengaja menutup pintu. Sepertinya menghalang-halangi jalan ibu-ibu yang mau keluar tadi. Lelaki yang sebelahku yang sepertinya sedang teler/mabok (atau pura-pura teler ya?) ikut memepet ibu-ibu tadi. Jadinya ibu-ibu tadi kesulitan turun dari angkot. Laki-laki yang satunya yang badannya paling besar hanya melihati saja. Dia memakai kacamata hitam ala Stallone Cobra.
Melihat kejadian itu aku tidak tinggal diam. Karena mau ganti kostum Superman sudah tidak ada waktu (lagian tempatnya terlalu sempit bro ! Bisa ketahuan identitas asliku kan ...), langsung saja aku tegur mereka:
"Mas ! Bisa minggir sedikit ga !"
"Kasihan. Ibu ini mau turun ..."
Mendengar teguranku kedua orang itu langsung minggir memberi jalan. Ibu tadipun turun.
Setelah angkot jalan pria yang berbadan besar tadi ngomong sama aku:
"Bang ! Minta duitnya donk bang !"
"Lho kok aneh? Ngapain minta duit sama aku?"
"Sedikit saja bang. Yang penting bisa buat anak-anak ini beli minuman ..."
Aku baru sadar, ternyata mereka bertiga adalah gerombolan preman yang bermaksud mencopet ibu-ibu tadi. Sekarang mereka bertiga bermaksud memeras aku. Sudah kepalang basah pikirku. Akupun tetap nekad. Aku tolak mentah-mentah permintaan mereka. Kamipun terus beradu mulut. Dalam hatiku, kalo sampai mereka menyerangku, aku akan turun dari angkot dan mencari batu besar untuk melempar muka mereka.
Karena bertengkar mulut terus sampai-sampai aku yang seharusnya turun di Sarmili kebablasen ke Pondok Safari. Aku turun di depan Pondok Safari. Waktu turunpun mataku masih mencari-cari batu besar atau kayu. Siap-siap jika mereka mengeroyok aku. Alkhamdulillah ternyata mereka tidak menyerangku.
Karena sikap nekadku tadi mungkin mereka mengira bahwa aku adalah seseorang, atau setidak-tidaknya kenal seseorang.
Selanjutnya aku jalan kaki menuju kost-kostan di Sarmili. Dalam perjalanan pulang ini telapak kakiku serasa tidak menapak ke tanah saking tegangnya. Telapak tanganku juga terasa dingin. Bahkan mriangku langsung hilang. Mungkin tergerus oleh adrenalinku yang berlimpah-ruah tadi. Slamet ... Slamet ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar