Peristiwa ini terjadi waktu saya masih SMP. Waktu itu pabrik teh A*C mengadakan undian. Hadiahnya sangat menarik. Ada mobil, motor, uang tunai, dan lain-lain. Kami sangat antusias menyambutnya. Maksudnya kami adalah saya, Pak Lik saya Pak Oyo, Kuat sama Sarno.
Setiap ibuk kulakan teh A*C kami langsung berebut mengambil kuponnya. Menurut informasi yang ada di kupon, pengumuman pemenang akan diumumkan pada tanggal 14 Juli 1987 di harian Kompas.
Saya, Pak Oyo sama Kuat mendapat kupon cukup banyak. Masing-masing mendapat lebih dari 10 kupon undian. Sedangkan Sarno hanya mendapat satu kupon undian.
Malam hari sebelum hari H, yaitu tanggal 13 Juli 1987 malam suasana menegangkan. Kami berempat harap-harap cemas menunggu hari esok. Kami berempat berdoa semoga mendapat hadiahnya. Bahkan kupon milik Sarno yang cuma selembar itu dia sholati. Padahal waktu itu biasanya sholat saja dia ga pernah. Tapi karena harapan yang begitu tinggi, malam itu dia ambil air wudlu dan melakukan sholat. Kuponnya dia taruh di depan dia. Mirip sholat jenasah gitulah.
Karena waktu itu orang-orang lagi keranjingan naik motor, saking lugunya, saya hanya berdoa agar dapat hadiah motor. Ga mau hadiah yang lain. Ini berbeda dengan Sarno. Doa dia lebih dewasa. Dia berdoa dapat mobil. Kalo dapat akan dia jual. Hasil penjualan akan dia gunakan buat motor, sisanya akan dia tabung. Keren kan ... ???
Besok paginya Pak Oyo pun berangkat ke Wonosobo untuk membeli koran Kompas tanggal 14 Juli 1987. Kami bertiga menunggu penuh harap.
Akhirnya agak sore beliau datang dengan membawa koran yang kami tunggu-tunggu. Tapi waktu itu kami lihat wajah beliau menampakkan rasa malu dan kecewa. Kami bertiga menduga, pasti Pak Oyo gak dapat nich. Kami sich turut berduka cita kalo Pak Oyo sampai ga dapat. Tapi kami kan masih punya harapan. Jadi langsung kami pinjam korannya.
Kami cari-cari secepatnya pengumuman itu. Kami teliti lembar demi lembar, halaman demi halaman. Tapi sampai mata kami pedas melototi seluruh isi koran, pengumuman itu ternyata tidak kami temukan. Akhirnya saya nanya sama Pak Oyo:
"Dene ora ono pengumumane Pak ?" ("Kok pengumumannya ga ada Pak ?").
"Pancen ora ono. Undiane ngapusi ..." ("Memang tidak ada. Undiannya bohong) jawab Pak Oyo.
Kami langsung lemas semua. Percuma dong ketegangan dan doa-doa yang kami panjatkan tadi malam.
Seandainya waktu itu sudah ada YLKI, bisa-bisa ada yang melaporkan pabrik teh A*C nich. Ini kan termasuk pembohongan publik. Masuk kategori pembohongan publik mentah-mentah malahan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar