Jumat, 09 September 2011

Menuntut Ganti Rugi ...


Kepada yang terhormat Presiden SBY.
Karena sudah begitu banyak ucapan selamat, dukungan dan hadiah yang telah Bapak dapatkan maka sudah tidak ada gunanya lagi saya menambah-nambahi apa yang telah Bapak peroleh.

Dalam ulang tahun Bapak sekarang ini, saya justru mengajukan sebuah tuntutan ganti rugi. Tuntutan yang saya ajukan juga saya tujukan kepada Menteri Agama kabinet Bapak. Saya menilai bahwa Bapak-Bapak berdua adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas tragedi yang kami alami. Tragedi terpisahnya daging dari tulang-tulangnya.

Tentunya Bapak masih ingat lebaran yang baru saja lewat. Itulah lebaran yang paling membingungkan kami semua. Akibat kebijakan pemerintah mengundurkan hari lebaran, maka kami mengalami kerugian baik secara mental maupun material. Bapak harus tahu itu !
Tahukah apa yang dialami sebagian besar rakyat akibat kebijakan yang Bapak ambil ?
Rakyat mengalami tragedi Pak.
Contohnya adalah apa yang di alami oleh keluarga orang tua saya di kampung. Inilah hari pertama lebaran yang tidak ada opor ayamnya.
Kenapa ?
Karena opor ayamnya sudah habis disantap pada tanggal 30 Agustus 2011 untuk sarapan, malan siang dan makan malam.
Lalu apakah Bapak tahu apa yang dialami oleh keluarga mertua saya ?
Ini lebih parah Pak. Ini masalah daging yang terpisah dari tulang-tulangnya.
Kenapa ?
Karena mertua saya memutuskan untuk menyimpan opor ayam dan baru akan dimakan pada hari lebaran sesuai dengan keputusan pemerintah, maka ternyata akibatnya sangat fatal. Sangat fatal …
Bapak akan ngeri jika melihatnya sendiri. Bayangkan saja Bapak Presiden yang terhormat.
Pagi itu setelah Sholat Ied kami melihat bagaimana daging-daging ayam yang diopor sudah terpisah dari tulang-tulangnya. Ngeri kan Pak ?
Belum lagi kalo sampai Bapak mencicipinya ? Rasanya sudah keasinan akibat keseringan dipanasi ?
Saya yakin begitu lidah Bapak menyentuh opor ayam itu Bapak akan langsung akan berteriak sekeras-kerasnya:
“Saya prihatiiiiinninnn … !!!!!!!!”. Saking asinnya.
Oleh karena itulah. Melalui surat terbuka ini, saya mengajukan gugatan class action kepada Bapak. Gugatan kami terutama meliputi ganti rugi atas sayur opor ayam kami yang mlonyot dan keasinan.
Kami relakan sambal goreng kentang kami yang menjadi keras dan bantat.
Kami relakan emping kami yang remuk.
Kami relakan ketupat kami yang semakin dingin dan kaku.
Tapi jangan harap kami relakan apa yang terjadi atas opor ayam kami !!!
Yang perlu Bapak lakukan hanyalah menyuruh Menteri Agama minta maaf secara terbuka di media cetak dan media elektronik serta memasakkan opor ayam buat kami-kami yang mengalami tekanan batin karena trauma melihat opor ayam kami hancur lebur di hari lebaran.
Jika Bapak tidak menanggapi hal ini, maka kami akan membuat gerakan sosial dengan membentuk grupGerakan 212 Kompasioner Menuntut Ganti Rugi Atas Opor Ayam yang Mlonyot dan Keasinan”atau “Gerakan 1.000.000 facebooker Menuntut Ganti Rugi Atas Daging Opor Ayam yang Terpisah Dari Tulang-Tulangnya”.
Ini serius Bapak Presiden.
Lupakan kasus Bank Century. Lupakan kasus Nazaruddin. Lupakan kasus Gayus. Lupakan kasus Susno Duaji. Lupakan kasus Antasari Ashar.
Kasus ini jauh lebih besar. Karena jika Bapak menyepelekannya, akan terjadi efek bola salju yang mengerikan.
Di antaranya akan banyak:
1. Pasangan artis bercerai di KUA,
2. Timnas Garuda susah lolos ke Piala Dunia,
3. Kemacetan dan banjir di Jakarta,
4. Kebakaran hutan dan kabut asap di Kalimantan dan Sumatera,
5. Anggota DPR tidur waktu rapat,
6. Menteri selingkuh,
7. Demo di mana-mana, dan lain-lain.
Apakah Bapak mau mengalami keadaan seperti itu ?
Kalo tidak ya penuhilah tuntutan kami. Atau setidak-tidaknya masaklah opor ayam yang seenak-enaknya dan undanglah kami untuk makan opor bersama Bapak.
Mudah bukan ?
Catatan:
Kalo jadi ngundang saya pesan yang bagian paha sama brutunya ya Pak.
Selamat Ulang Tahun Pak Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
Terima kasih.
Salam damai …

Tidak ada komentar: