Senin, 23 April 2012

Emansipasi Kebablasen ...

Belakangan ini terasa semakin sulit menemukan makna baru dari Hari Kartini. Hanya kalangan anak-anak yang masih bisa merasakan sepenuhnya aura datangnya Hari Kartini melalui pawai, arak-arakan, karnaval ataupun lomba mengenakan kebaya. Memang demikianlah suasana yang akan terjadi jika sebuah proyek sudah selesai. Ibarat perhelatan even olahraga antar bangsa, euforia dan hingar bingar akan usai jika tuan rumah sudah berhasil menjadi juara umum. Atau seperti sebuah pesta pernikahan. Kemeriahan akan terhenti begitu pasangan pengantin sudah resmi menjadi suami istri dan para pengunjung selesai memberikan ucapan selamat. Pesta usai begitu tujuan utama tercapai. Para pelaku utama pergi. Para tokoh penting kembali ke rutinitas masing-masing meninggalkan pekerjaan besar buat para pegawai administrasi rendahan dan petugas kebersihan.
Begitu juga dengan cita-cita Ibu Kartini di tanah air. Tidak ada lagi perbedaan peran antara kaum pria dan kaum wanita di tanah air. Para pria di tanah air sudah terbiasa dipimpin oleh tulang rusuknya sendiri. Wanita sudah merambah semua jenis pekerjaan. Tentara wanita ada. Polisi wanita banyak dan malahan belakangan  ini keberadaan mereka lebih ngetop dari pada polisi laki-laki. Jenderal wanita ada. Bupati wanita ada. Gubernur wanita juga ada. Bahkan presiden wanitapun juga sudah ada.
Pemulung wanita ada. Pengemis wanita bejibun. Tukang sunat wanita ada. Bahkan profesi macho semacam sopir angkot, kondektur, tukang tambal ban, tukang parkir sampai tukang ojekpun tak luput dari sentuhan lembut tangan kaum hawa.
Jika masih hidup mungkin Ibu Kartini akan tersenyum atau malahan tertawa terbahak-bahak melihat cita-citanya berhasil menjadi kenyataan melebihi ekspektasi.
Akan tetapi sungguh sangat disayangkan dia juga akan segera jatuh dalam kesedihan berlinang air mata ketika mendapati kenyataan bahwa emansipasi juga melanda bidang yang tak pernah dia harapkan. Emansipasi yang diwakili oleh Melinda Dee, Angelina Sondakh, Miranda Gultom, Nunun Nurbaeti, dan lain-lain. Keadaan yang bisa mengubah judul buku hasil karyanya menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang Kemudian Gelap Lagi ".
Tapi Ibu tidak perlu berputus asa. Jangan bersedih Bu. Kita masih punya harapan. Masih ada jutaan perempuan Indonesia lainnya yang berhasil memenuhi harapanmu ...
Selamat Hari Kartini Indonesia. 
.
Wallahu 'Alam Bishawab.

Tidak ada komentar: