Mbah Putriku adalah orang yang paling berkuasa di rumah. Di rumah kami (bahkan di kampung kami) tidak ada yang berani membantah titahnya. Semua nurut. Jalmo moro jalmo mati deh pokoknya. La Fo Yee. Itu julukan cucu-cucunya buat beliau.
Ini salah satu buktinya.
Saat saya kelas I SD saya satu kelas dengan saudara saya. Namanya Sarno. Sebenarnya dia itu masih terhitung pamanku. Dia adalah anak dari adik mbah putriku. Tetapi karena umur kami cuma terpaut setahun, orang-orang mengira bahwa dia adalah kakak sepupuku. Nah saking pemalas dan saking bodohnya, akhirnya saya tidak naik kelas. Sedangkan saudara saya naik. Di kelas dia adalah salah satu murid paling pandai. Kalau ga salah dapat rangking 1 atau rangking 2. Dengan demikian akhirnya kami akan pisah kelas.
Mendengar kabar ini rupanya Mbah Putriku tidak berkenan.
Mbah Putri : " Terus mereka mau pisah ya. Wah gak bisa begitu. Kasihan Dayat !".
Selanjutnya beliau menemui wali kelas kami dan minta agar saudara saya itu tidak usah dinaikkan saja karena di sekolah dia suruh menemani dan melindungi adiknya, yaitu aku.
Akhirnya begitulah kejadiannya. Saudara saya itu tidak naik kelas dan tetap tinggal di kelas I menemani aku sekolah. Baik dia sendiri, bapaknya maupun ibunya tidak mengajukan protes sama sekali. Biasa-biasa saja. Mereka tampaknya sudah terbiasa dengan kelakuan mbah putriku. Sang Emperor ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar