Sabtu, 30 Juli 2011

The Monster ... (Edisi Revisi)


Pagi (kepagian banget rasanya) itu aku bermain bola. Bangun sejak subuh. Padahal semalaman gak bisa tidur karena baru beli bola plastik baru (bola plastik yang putih belang-belang biru atau merah itu lho). Pengen cepet pagi supaya bisa cepet-cepet main bola.
Tapi pagi itu aku agak egois. Anak-anak yang boleh ikutan main hanya anak-anak yang telah aku pilih saja. Orang yang tidak sealiran kepercayaan permainan denganku tidak boleh ikutan nyentuh bola baruku. Sedang asyik-asyiknya main bola dengan strategi tiki- JNE taka dengan pola 2-1-1 (karena yang main cuma 4 orang termasuk kiper), temanku Budi datang dan nyelonong saja ikutan main. Padahal dia bukan salah satu teman yang terpilih.

Langsung saja aku terkam dia. Kamipun berkelahi. Seru-serunya berkelahi kudengar dua orang teriak-teriak. Ternyata mereka adalah bapaknya Budi sama mBah Putriku (hiiyy...).
Anehnya mereka berdua mengejar aku. Si anak kalem. Dua-duanya mengejar aku sambil marah-marah. (Aku tidak tahu apa penyebabnya. Kalau anak orang lain berkelahi, orang tua dan paman-paman mereka biasanya membela dan melindungi anaknya. Tetapi kalau aku sama saudaraku yang namanya Ondhot berkelahi, nenek, Bu Lik sama paman-paman kami malah ikutan mengeroyok dan memarahi  kami. Paling tidak ikutan njewer sama nyentil telinga. Aneh ya ...).
Akupun kabur ambil langkah seribu. Melewati lapangan menyeberang jalan raya akhirnya aku menemukan persembunyian. Di belakang sebuah TK yang juga adalah rumah penjahit paling ngetop (karena memang satu-satunya) di desa kami, yaitu Pak Bahrodin. Aku ngumpet di sela-sela tumpukan bambu. Lama aku diam di situ. Beberapa waktu kemudian kulihat dari sela-sela pagar bapaknya Budi sudah pergi tetapi mBah Putriku masih mencari-cari aku. Untuk urusan model beginian, beliau memang tidak gampang menyerah.
Aman ... aman ... aku berkata dalam hati.
Tapi tunggu !!! Ini kan rumah Pak Bahrodin. Beliau kan pemilik monster yang paling ditakuti anak-anak saat itu. AYAM KALKUN JANTAN !!! Ayam kalkunnya sangat agresif dan menyerang siapapun yang mendekat ke rumah pemiliknya.
Pas inget itu jantungku langsung berdegup kencang. Apalagi dari arah belakangku aku dengar suara khas yang aku ingat. Dug ... dug ... Cesss ... Ini kan suara ayam kalkun jantan.
Akupun menengok ke belakang. Dan ... Tepat dibelakangku kalkun itu sudah memandangku dengan pandangan dingin dan posisi siap menyerang. Kemudian ... Klabruk ... Klabruk ... Klabruk ... Dia menyerangkan dengan membabi buta. Aku lari keluar dari halaman belakang rumah Pak Bahrodin. Lalu ... Clep ... Mbah putriku dengan sigap menangkap telingaku. Akupun diseret pulang ke rumah dengan dijewer pada bagian telingaku (mirip kelinci).
Hmmm ... Lepas dari cengkeraman harimau masuk ke mulut Ty-Rex ini namanya ...

Tidak ada komentar: