Kejadian yang ini terjadi saat aku sudah kelas 2 SMP. Berarti saya sudah pindah sekolah ke Wonosobo. Bertemu dengan suasana baru, guru-guru baru dan tentunya teman-teman baru. Dalam rentang waktu dua tahun tentunya banyak kejadian-kejadian unik yang aku alami.
Salah satunya adalah ketika aku punya ambisi untuk bikin SIM C. Maksudnya biar kalau pergi kemana-mana naik motor tidak takut ditilang Pak Pulisi. Saya dapat informasi bahwa untuk membuat SIM C waktu itu biayanya adalah Rp. 15.000,-. Jumlah itu cukup besar untuk ukuran saat itu. Dan tentu saja orang tua tidak mau mengeluarkan uang sebesar itu hanya untuk alasan bikin SIM. Akupun mencari akal. Dan .... Ting !!! Solusi ditemukan. Permasalahan keuangan sementara terpecahkan (lagi-lagi kelihatannya ...).
Begini rencana saya waktu itu. Karena untuk berangkat sekolah waktu itu saya harus menggunakan angkutan umum maka saya mendapat uang saku yang cukup besar waktu itu. Kalau ga salah sekitar Rp. 1.000/hari. Yang 500 buat bayar angkutan dan sisanya untuk beli jajan. Dengan demikian jika saya tidak mengeluarkan biaya-biaya itu selama satu bulan, maka saya akan mendapat dana segar yang diperlukan untuk bikin SIM. Untuk itu maka aku putuskan mulai hari Senin akau akan berangkat sekolah naik sepeda (menggunakan sepeda BMX, berjarak pp 32 km dengan kontur tanah pegunungan yang turun naik cing !!!).
Hari Senin tiba. Saya berangkat dengan tekad membaja. Berangkat dari rumah jam setengah enam pagi. Trek turun Sapuran-Sekunci enteng. Tanjakan Sekunci-Tanjungsari-Segok lancar. Dapat sedikit bonus turunan Segok-Kalikajar-Ngadiwongso. Setelah ini hampir semuanya dari Kalikajar-Kertek-Wonosobo adalah trek menanjak (kecuali sedikit setelah Kertek). Akhirnya sampailah saya di tempat tujuan jam 06.45. Masih cukup pagi rupanya. Semuanya lancar.
Setelah sekolah selesai akupun pulang. Tentu saja masih dengan semangat 45. Tetapi ada bedanya. Waktu berangkat berbekal semangat 45 + stamina fit, sedangkan waktu pulang bekalnya adalah semangat 45 + badan loyo. Tetapi membayangkan akan mendapatkan uang Rp. 1000 dari penghematan untuk membuat SIM akhirnya semangatku tumbuh kembali.
Setengah jam pertama perjalanan semuanya masih oke. Tetapi sampai Kertek (km 8) tubuh rasaya sudah capek sekali. Perjalanan Kertek-Sepuran sudah mulai terasa menyiksa. Sengsara sekali rasanya. Capek, lapar dan haus mengeroyok tubuhku. Dengan sisa-sisa tenaga aku tetap mengayuh sepeda. Akhirnya aku sampai juga di Sepuran.Seluruh tubuhku luar biasa keletihan. Tenggorokanku kering dan perut keroncongan. Itu karena demi menabung aku tidak jajan sama sekali di sekolah.
Karena gak tahan lagi sebelum pulang ke rumah aku mampir dulu ke penjual es dawet. Saking haus dan laparnya aku beli dawet sampai habis empat gelas plus pisang goreng entah habis berapa potong. Pokoknya uang yang di kantongku ludes. Habis semua
Jadi kesimpulannya, hasil megaproyek-ku hari itu adalah:
1. Badan pegal-pegal kecapekan
2. Duit yang rencananya mau ditabung habis buat beli dawet, dan
3. Malu diketawain sama ibu (ibu memang sudah kasih nasehat sebelumnya. Tapi aku tetap nekat ...).
Almonia..aaakk !!! Apek lagi ... apek lagi ...
Wok wok ketekur ... Wok wok ketekur ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar