Rabu, 01 Juni 2011

Dipanggil BP ...

Karena tiap berangkat sekolah harus naik angkutan umum, maka mau tidak mau terlambat masuk sekolah sudah menjadi salah satu resiko.
Suatu hari saya terlambat ke sekolah karena angkutan mogok. Waktu itu saya naik angkutan jenis colt station (orang Wonosobo menyebutnya setesen) Tridathu. Sebenarnya mobil berwarna biru tua ini termasuk ngebut, tapi karena lagi apes ya tetap saja terlambat karena mogok di Ngadiwongso, Kalikajar.
Karena keterlambatan inilah aku dipanggil ke ruangan BP. Dan yang akan menangani kasusku adalah guru paling fenomenal dan paling kontroversial di sekolah kami. Karakternya sekelas Jose Mourinho. Nama beliau adalah KRT. Mujarrob Aroem Koesoema.
Hayoohh ...
Dengar namanya saja kalian sudah berasa pake blangkon dan kebaya kan?
Lalu pengen nyembah-nyembah kan ?
Feodal banget !
Saya menuju ke ruangan BP. Ternyata di sana sudah ada pelanggan sejati dan utama ruangan BP. Namanya Zubaidi, biasa dipanggil Zubed. Dia memang tukang melanggar aturan sekolah. Bengal banget. Gak kalem kayak saya. Akupun duduk di sebelah dia. Lama menunggu sambil duduk mataku jelalatan ke sana kemari. Tiba-tiba mataku menangkap pemandangan menggiurkan. Di atas kotak obat yang menempel di dinding kulihat sebatang (atau sebuah atau seonggok sich) pisang ambon matang berukuran besar.
Waahh ... Kebetulan nich. Tanpa pikir panjang langsung aku ambil pisang itu dan kumakan habis secepat-cepatnya.
Temanku Zubed ga aku kasih. Sorry fren. Di samping memang lagi lapar, kalo mesti membagi dua takut Pak Mujarrob keburu datang.
Pisang habis tepat pada waktunya sesaat sebelum beliau tiba. Kami berdua diinterogasi. Saya ga ingat apa alasan Zubed. Tapi saya sendiri menjawab sekenanya saja. Karena kalau saya saya ungkapkan kejadian yang sebenarnya (mobil mogok) pasti beliau tidak percaya (pengalaman teman-teman sebelumnya) dan malah diejek dan diketawain, makanya saya jawab saya terlambat karena ketiduran dan bangun kesiangan.
Kemudian saya diceramahi. Bagi saya yang penting kasus selesai dan interogasi tidak diperpanjang.
Sayapun dapat mengambil hikmah dari kejadian ini.
Yaitu bahwa pisang ambon berukuran besar bisa buat sarapan pagi.
(Jangan-jangan akibat ulah saya Pak Mujarrob ga jadi minum obat ya ...??? Maafkan saya ya Pak ...)

Tidak ada komentar: