Selasa, 07 Juni 2011

Era Keemasan

Waktu SD aku sering sekali melakukan hal-hal yang bodoh. Tapi menurut penilaianku sendiri puncak kejayaan dan era keemasan tindakan bodoh saya adalah di peristiwa ini.
Pagi itu aku pengen sekali beli benang untuk main layang-layang. Benang yang kuinginkan harganya cukup mahal untuk ukuran waktu itu yaitu Rp. 50,-. Benangnya memang luar biasa panjang. Benang-benang jenis lain paling-paling harganyaRp. 25,- ke bawah. Aku merengek-rengek sama mbah Putriku. Beliau ini orangnya kalau masalah makanan pemurah sekali. Senang membagi-bagi ke tetangga. Tapi kalau urusan keuangan, ruwet pokoknya.

Mungkin saking sebehnya denger rengekkanku sepagian akhirnya beliau ngasih aku duwit Rp. 50,- sambil sedikit ngomelin aku. Akupun pergi ke pasar. Aku membeli benang di tempat Pak Rahman. Setelah itu aku pulang.
Karena mau kupakai untuk main layang-layang, maka aku bermaksud memindahkan benang itu dan menggulungnya ke kaleng bekas susu. Di sinilah aku membuat blunder. Waktu itu entah otakku sedang dipinjem siapa sampai tidak kepikiran untuk menggulung benang langsung dari gulungan aslinya ke kaleng. Jadi enak dan langsung beres. Yang kulakukan waktu itu malahan benangnya aku urai dulu. Jadi aku nyari paku di pojok-pojok kamar. Di paku pertama aku benang aku ikatkan. Kemudian aku berjalan mengelilingi kamar. Di setiap sudut kamar aku kaitkan benangnya. Kemudian terus berjalan dari pojok ke pojok sambil mengaitkan benang ke paku. Persis laba-laba lagi bikin sarang. Mungkin ada ratusan kali aku mengelilingi kamar karena benangnya memang panjang sekali.
Setelah benang terurai semua aku ambil kaleng. Tanpa merasa bersalah aku mulai menggulung benang itu ke kaleng. Aku kembali berputar-putar mengelilingi kamar. Tentunya dengan arah yang sebaliknya. Tetapi baru sekitar 5 putaran mulai ada masalah. Benang mulai bundet (kusut). Aku berusaha mengurainya. Eeh ... malah makin tambah bundet saja. Aku mulai panik. Kalo ketahuan mBah Putri bisa gawat nich. Aku berusaha keras mengurai benangnya. Tetapi justru semakin bundet saja. Dan akhirnya mBah Putriku masuk kamar. Begitu melihat kamar beliau sudah kusut beantakan dikelilingi  benang yang malang melintang kesana-kemari kupingku langsung disentil dan dijewer. Ditambah cubitan di sana-sini.
" Tadi merengek-rengek minta duit. Giliran dikasih malah dibuang-buang !!!" ... dst ... dst ... dst ... 

Tidak ada komentar: