Selasa, 07 Juni 2011

Ngomong Baik-Baik ...

Hari itu adalah ujian akuntansi. Saya ga inget akuntansi apa. Tapi yang jelas saya sudah menyatakan tidak bisa (tanpa usaha untuk belajar sama sekali). Untuk mengatasinya aku menggunakan jurus klasik andalanku yang sangat aku rahasikan, yaitu minta tolong temen. Malam itu aku melakukan lobi-lobi secara intensif kepada temanku Duto. Kukatakan bahwa untuk kali ini saja (kali ini saja: maksudnya waktu kuliah di sini saja. Berarti berlaku selama 3 tahun) saya minta tolong besok dikasih tahu jawaban soal ujian.
Sebenarnya dia memang sering dijadikan nara sumber oleh teman-teman. Tetapi untuk ujian kali ini sayalah yang mengajukan permohonan secara resmi. Dan seperti biasa, temanku yang baik ini menyanggupinya. Malam itu aku tidur nyenyak. Hati terasa tenteram dan damai.
Paginya kami berangkat ke kampus dan masuk ke ruangan memilih tempat duduk. Aku memilih tempat duduk paling pojok belakang sebelah kiri. Beberapa saat kemudian Duto juga masuk ruangan. Sayangnya dia dapat tempat duduk jauh dari posisiku. Terpaut 4 orang dariku. Ga papalah. Itu bisa diatasi nanti.
Setelah kursi penuh kuamati jalur dia menuju aku. Dahiku langsung berkerut.
Alamaaakk ...
Ini jelas jalur neraka. Untuk mencapai posisiku, jawaban soal itu mesti melewati 3 mahasiswa penghuni zona degradasi. Ini mimpi buruk. Laju jawaban menuju aku pasti akan sangat padat merayap karena musti melewati tiga proses persalinan. Hanya 1 mahasiswa papan atas di jalur ini. Yach moga-moga semaunya berjalan lancar saja.
Ujian dimulai. 
Menit 15 ... tenang ...
Menit 30 ... tenang ...
Menit 45 ... mulai gelisah ...
Menit 60 ... Yup ... 
Kulihat dia menyerahkan kertas ke teman di belakangnya. Benar saja dugaanku. Di situ jawaban mengalami persalinan pertama. 10 menit kemudian dioper kesebelahnya. Di sini terjadi persalinan kedua. 10 menit kemudian dioper kesebelahnya lagi. Persalinan ke tiga. Aku mulai gelisah takut kehabisan waktu. Tapi aku masih bisa menenangkan diri. Toh teman berikutnya termasuk mahasiswa unggulan, jadi gak mungkin ikut-ikutan nyalin jawaban soal itu. Kelihatannya dia juga sudah selesai ngerjain sola ujiannya. Aku perhitungkan jika persalinan ke tiga berlangsung seperti yang pertama atau kedua, maka aku masih punya sisa waktu 30 menit. Untuk mahasiswa expert dalam bidang salin-menyalin, waktu 30 sudah lebih dari cukup.
Tapi perhitunganku meleset. Temen sebelahku yang termasuk tenaga ahli di kelas (kalo gak salah ingat, dia adalah Sardi) memang tidak ikut-ikutan nyalin, tapi jawaban dari Duto tadi dia teliti dan dia cocokkan dengan jawaban dia sendiri. Dan malah di sinilah jawaban soal berhenti paling lama. Mungkin sekitar 15 menit baru dikasihkan ke aku. Waktu sudah sangat mepet.
Dan yang lebih celaka lagi, pengawas ujian (cewek) sudah mencurigai gerak-gerikku. Sepertinya dia melihat waktu aku menerima lembaran kertas tadi. Dia lalu berdiri dan berjalan menuju ke arahku.
Selanjutnya ...
Dia berdiri tepat di belakangku. Ini bencana !!!
Dia tidak mau beralih dari belakangku. Menurutku dia memang berencana berdiri di belakangku dan mengawasiku sampai waktu ujian habis.
Gawat ...  Kertas ujian masih kosong, waktu tinggal 10 menit.
Aku harus membuat keputusan besar dan tepat hari ini.
Dan ... Aku menengok ke belakang tempat pengawas tadi sambil berkata begini:
" Mbak ... Maaf ya mbak. Kertas saya masih kosong. Jadi saya minta ijin untuk menyalin jawaban ke kertas ujian saya. Tolong ya mbak".
Mbak pengawas tadi malah tersipu-sipu malu dan langsung kembali duduk di meja depan lagi. Akupun bisa mengerjakan soal dengan tenang.

Catatan: Mbak pengawas kalo ga salah adalah staff TU. Orangnya hitam manis, pakai kaca mata, rambutnya lurus sepunggung. Sepintas mirip-mirip Atiek CB.
Ada yang kenal ? Kalau ada mohon sampaikan salam dan maaf saya buat dia. Kemungkinan dia masih ingat peristiwa ini ...

Tidak ada komentar: