Jumat, 10 Juni 2011

Jangkrik


Hampir semua permainan jaman dulu hanya meriah di siang hari. Tapi ada satu pengecualian. Permainan jaman dulu yang mampu memberikan kemeriahan baik siang maupun malam adalah memelihara jangkrik. Jangkrik ini dipiara pada umumnya adalah untuk didengarkan suaranya. Katanya suaranya bisa mengusir tikus. Tindakan agar jangkrik mengeluarkan suara (ngengkrik) disebut ngileni. Yaitu menggelitiki muka jangkrik dengan sebatang rumput kering (kili). Walaupun ada yang memanfaatkan untuk diadu.
Sejak kecil saya tidak suka mengadu jangkrik. Kasihan. Apalagi kalo lihat ada yang gothang (kaki belakangnya patah). Makanan kesukaan jangkrik adalah krekot. Tetapi bagi teman-teman yang bukan penyayang jangkrik biasanya dikasih umpan cabe merah. Memang ngengkriknya (mengeriknya) jadi lebih keras (mungkin karena kepedesan ya?). Tapi umpan cabe merah dapat mengakibatkan kaki jangkrik mrotoli (lepas dari tubuh).
Kalo jangkrik mau diadu biasanya dia dijantur sungutnya dulu (dipegang bagian antena dan tubuhnya tergantung). Tindakan ini dilakukan untuk memancing amarah si jangkrik, sehingga pada saat berkelahi jadi pemberani.
Penjual jangkrik biasanya meletakkan jangkrik pilihan di kotak-kotak bersekat yang terbuat dari kaca. Harganya  mahal. Sedangkan jangkrik yang belum terseleksi biasanya ditaruh di dalam bumbung yang ditutupi dengan janggel kering. Harga yang di bumbung ini relatif lebih murah.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jadi inget kecil dulu di wonosobo ,belinya di deket rita sebelum di bangun,tempatnya pake bumbung,jangkrik jerabang sm jeliteng