Sabtu, 04 Juni 2011

Nol ...

Waktu masih di kelas 1 SD tahun pertama (karena memang saya berada di kelas satu SD selama 2 tahun. Alias tidak naik kelas), ulangan dapat nilai nol sudah jadi langgananku. Pernah ada ulangan yang nilainya nol aku rekayasa menjadi nilai seratus. Tetapi tulisan anak kecil yang baru belajar nulis tentu saja langsung terdeteksi oleh ibuku. Tapi beliau sich selalu menanggapinya dengan senyum-senyum saja.
Suatu hari pas pulang sekolah buku saya dilihat oleh ibu dan Pak Oyo (Pak Lik saya). Sebenarnya jarang-jarang banget bukuku diperiksa. Kalaupun meriksa paling-paling niatnya mau menggoda/ngeledek aku saja. Di situ ada ulangan pelajaran Pendidikan Agama. Dari sepuluh soal semuanya salah. Jadi oleh guru agama saya waktu itu yaitu Pak Puro saya dikasih angka nol. Tulisan angka nolnya besar sekali. Hampir seukuran telur ayam kampung.
Kemudian ibu bertanya pada saya kenapa saya dapat nilai nol. Sayapun menjawab dengan tenang: "Itu Pak Puro sebenarnya mau ngasih nilai seratus, tetapi salah tulis". Ibu sama Pal Oyo cuma tertawa-tertawa saja. Kupikir mereka percaya sama akal bulus dan karangan saya.
Tapi rupanya Tuhan benar-benar tidak suka sama orang yang suka ngarang. Walaupun yang ngarang adalah anak kecil berumur 6 tahun. Kebetulan sekali siangnya Pak Puro mampir ke warung makan ibu saya untuk makan siang. Ibu dan Pak Oyo bilang sama saya pura-pura mau protes sama Pak Puro kok nilaiku nol. Padahal seharusnya dapat seratus. Akupun mengamuk dan menangis meraung-raung. Takut dan malu kalau sampai benar-benar dilakukan konfirmasi. Ibu dan Pak Oyo kemudian tertawa terpingkal-pingkal.
Aku intip dari kamar beberapa saat kemudian mereka berdua berbicara sama Pak Puro. Kemudian Pak Puro-pun ikutan tertawa terpingkal-pingkal.
Aku masih penasaran. Kira-kira apa ya isi pembicaraan mereka kok Pak Puro guru agamaku sampai terpingkal-pingkal gitu ...

Tidak ada komentar: