Pernah pada saat ujian semesteran kelas satu SMP saya bangun kesiangan. Jadwal ujian dimulai jam 08.00, dan saya baru bangun jam 07.00. Sepertinya malam harinya aku habis nonton wayang (aku memang belum pernah belajar satu kalipun waktu sekolah di SMP 2 Purworejo meskipun saat ujian). Dengan jarak 37 km dan waktu tempuh satu setengah jam maka mustahil sekali aku tidak terlambat. Masih kebagian waktu saja sudah lumayan.
Begitu bangun dan suasana sudah terang-benderang aku langsung lompat dari tempat tidur. Pakaian seragam aku sambar dan kupakai sekenanya. Untuk mengakali waktu aku ambil es batu di kulkas. Sambil lari mencari angkutan es batu tadi aku usap-usapkan ke muka dan rambutku biar kelihatan seperti sudah mandi.
Sampai di terminal aku minta uang saku ke ibu dan segera berlari ke angkutan yang ada (padahal waktu itu angkutan yang ada adalah angkutan yang paling dibenci di kalangan pelajar. Lambat dan tukang ngetem cari penumpang). Tapi dasar nasib lagi sial. Lagi hati deg deg plas jantung dag dig dug saking takut gak kebagian waktu ujian, lha kok ada seorang manol (tukang cari penumpang) yang kenal sama aku (namanya Pak Kasno) tanpa tahu urusan menarik-narik tanganku agar pulang dan sisiran dulu. Menurutnya rambutku awut-awutan sekali (padahal rasanya tiap hari rambutku memang selalu awut-awutan). Saya bilang saya sudah terlambat ini pak. Sudah kehabisan waktu. Tapi dia ngotot menarik aku pulang. Tentu saja aku yang anak kecil kalah adu kuat tarik-tarikan sama seorang manol. Akhirnya aku berhasil ditarik pulang dan terpaksa sisiran. Lagi-lagi aku harus kehabisan waktu yang berharga.
Saat itu hati kecilku berkata : " Dalam keadaan normal, perhatian sampeyan ini sangat saya hargai layaknya malaikat Pak. Tapi dalam keadaan genting (TIME CRISIS) seperti ini, ulah sampeyan menarik-narik saya suruh sisiran di mata saya kelihatan seperti kelakuan setaaaaaannn .... !!!".
Akhirnya aku berhasil naik ke angkutan. 15 menit waktu terbuang percuma untuk tarik-tarikan sama manol kurang kerjaan tadi. Angkutan yang aku naikipun masih angkutan yang tadi juga (kan sudah saya bilangin kalo mobil ini tukang ngetem ...). Akhirnya mobil angkutan jalan. Dan tidak ada perubahan sama sekali. Sepanjang perjalanan Sapuran-Cawangan laju mobil lelet banget dan sering berhenti untuk mencari penumpang.
Puncaknya terjadi di Cawangan. Mobil ngetem hampir setengah jam. Banyak angkutan yang sudah melaju mendahului kami. Di antaranya mobil Lembur Kuring. Mobil itu termasuk tukang ngebut. Dan saya sangat menyesal tidak bersabar sedikit agar dapat naik angkutan yang satu ini.
Karena lama tidak mendapat tambahan penumpang akhirnya kami dioper ke angkutan lain yang datang berikutnya.
Di sinilah peruntunganku mulai berubah. Mobil angkutan yang digunakan untuk mengoper kami adalah Tuan Muda. Mobil tercepat dalam sejarah angkutan jurusan Wonosobo-Purworejo. Saya menjulukinya 'The Flash". Angkutan ini adalah Luragung-nya angkutan jurusan Wonosobo-Purworejo. Akhirnya aku naik mobil ini. Semua angkutan di depannya disikat. Termasuk mobil Lembur Kuring tadi.
Setelah melalui 1000 siksaan dan 1000 rintangan akhirnya saya tiba di Purworejo jam 09.00. Masih ada waktu 30 menit. Karena ujian berlangsung sampai dengan jam 09.30. Di depan sekolah sebenarnya pintu gerbang tidak ditutup (atau sudah dibuka ya?), tetapi karena malu, aku masuk ke sekolahan dengan melompati tembok di gang sebelahnya SMA Taman Siswa kemudian mengambil jalan memutar melewati parkiran sepeda. Sampai di depan kelas waktu itu yang mengawasi ujian kami adalah Pak Rajiman guru Geografi (namanya bener gak ya?). Kepada beliau saya beralasan bahwa saya terlambat karena sakit dan periksa ke dokter. Padahal waktu itu aku belum pernah ke dokter. Kalau sakit paling-paling dibawa ke mbah Joyo (tukang pijat), Pak Machali (mantri) atau Pak Rodin (mantri). Atau paling banter ya ke Pak Peking (mantri paling terkenal di Kalikajar).
Beliau mengijinkan saya ikut ujian dengan syarat tidak ada waktu tambahan. Sayapun menerimanya dan masuk ke kelas sambil tak lupa mengucapkan terima kasih. Waktu itu mata pelajaran yang sedang diujikan adalah Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Kemudian apakah saya kehabisan waktu dan tidak selesai mengerjakan soal. Tidak sama sekali !
Walaupun saya masuk ujian terlambat 1 jam dan hanya punya sisa waktu 30 menit, tetapi sesekolahan sayalah orang yang pertama selesai mengerjakan soal dan keluar dari ruangan. Saya hanya perlu waktu 15 menit untuk mengerjakan soal ujian. Pak Rajiman sampai terheran-heran. Dengan takabur saya berkata dalam hati: "Untuk anak berakal bulus macam saya, PMP mah kerupuk Pak. Enteng ...".
Saat dibagipun saya masih mendapat nilai lumayan bagus. Yaitu 8,7.
Alhamdulillah. Tuhan masih menolong saya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar