Aku termasuk mahasiswa yang cukup hati-hati membelanjakan uang. Setiap berbelanja aku perhitungkan dengan seksama. Semua pengeluaran aku irit-irit demi masa depan. Yaitu masa depan hobiku nonton film.
Pada tahun 92-an gedung film yang deket kampus cuma ada Pondok Aren Theatre (PA) sama Kharisma Theater. Saya baru sekali nonton di PA. Dan langsung kapok. Ternyata kursi yang digunakan adalah kursi metro mini. Keras. Itu terpaksa kulakukan karena saking pengennya nonton film "Universal Soldier". Yang ternyata jelek banget. Di Kharisma Theater -pun aku ga terlalu suka. Gambarnya kurang tajam dan sound-nya jelek. Aku lebih suka nonton di 21 walaupun jauh dan mahal.
Siang itu aku pengen banget nonton film di 21 untuk pertama kalinya. Kebetulan filmnya lagi bagus dan memang sudah lama aku tunggu-tunggu. Aku sebenarnya sudah ngrayu Agus sama Herjanto untuk ikutan nonton (bayar sendiri-sendiri tentunya). Tapi mereka tetap tidak mau. Akhirnya aku pergi sendiri.
Saat pertama kali ke bioskop 21, film yang pertama kali mau aku tonton adalah "JURASSIC PARK" (sekitar tahun 1993). Waktu itu nontonnya di Amigos 21, Plaza Borobudur. Saat antri beli karcis aku lihat kok antreannya panjang banget sampai keluar ruangan khusus sinema. Padahal loket yang di sebelah sepi dan ada penjaganya yang melayani penjualan karcis. Dasar bodoh! Kataku dalam hati. Loket sebelah kosong malah pada desek-desekan antri sampai ke luar ruangan. Tanpa pikir panjang aku langsung beli karcis di situ.Jebret, karcis kebeli, langsung masuk ke theatre yang memutar film "JURASSIC PARK". Sempat dicegah oleh penjaganya tapi nekad saja. Lha wong sudah pegang karcis, lagian juga udah kebelet banget pingin lihat itu film.
Aku cari tempat duduk. Lha kok semua kursi sudah ada isinya. Akhirnya aku keluar dan kulihat tiketnya dengan maksud mau nanya ke penjaganya. Alamak ... Ternyata aku beli tiketnya salah. Tiket yang kubeli di loket yang sepi tadi ternyata adalah tiket untuk film "SOMMERSBY" yang diputar di theatre sebelahnya. Terpaksa dengan tubuh lemas aku masuk dan nonton film berbayar terjelek sepanjang masa (filmnya mirip telenovela "LITLLE MISSY"). Di dalamnya ruangan sepi. Hanya beberapa gelintir penonton yang ada di dalamnya. Dan sepertinya semuanya berpasang-pasangan (pacaran). Tinggalah aku sendirian menyesali nasib buruk kehilangan duit masih ditambah harus nonton film jelek selama dua jam ...
2 komentar:
kok cerita jaman kuliahnya kayak yg kekurangan uang sih mas..
bukannya jaman sampeyan itu pas kuliahnya udah diangkat jadi cpns sejak tingkat 2 dan dapet rapelan setiap 6 bulan??
Dapat rapetnya telat banget. Lagian begitu dapat rapel langsung pada pergi ke Glodok untuk merealisasikan impian masing-masing.
Hukum ekonominya kan: Semakin kuat perekonomian, makin tinggi selera. Warung akang Kalimongso mah tidak mau nyentuh lagi ...
Posting Komentar