Jaman saya SD dulu masalah kampanye pemilu jangan ditanya lagi gaungnya. Menjadi obyek wisata dadakan. Ramai dan meriah nyaris tanpa kekerasan. Waktu itu hanya ada dua partai politik peserta pemilu. Yaitu PPP, Golkar dan PDI. Lho kok tiga? Katanya dua. Ya memang begitu adanya. Waktu itu Golkar tidak mau disebut sebagai partai politik. Dia maunya di sebut Golongan Karya. Jadi peserta pemilu waktu itu terdiri dari dua partai politik dan satu golongan karya. Unik bukan? Mungkin satu-satunya di dunia.
Suatu hari di alun-alun Kabupaten Wonosobo akan diadakan kampanye Partai Golkar. Kalau partai golongan karya ini yang lagi kampanye, pasti meriah dan rame banget. Maklum saja, waktu itu dia adalah partai golongan penguasa. Tentu saja sebagai anak kecil aku pingin ikutan rame-rame nonton. Jarak rumahku dengan lokasi kampanye adalah 16 km. Jadi aku akan berangkat dengan ikut menumpang di truk rombongan pedagang yang akan berjualan di sana. Aku minta uang saku sama ibuk. Beliau memberi saya uang jajan 100 rupiah. Dan hari itu aku berangkat ke Wonosobo bareng Ondhot.
Di jalan kami berteriak-teriak begini:
"Golkar menang mbah Buyuuuuut ...!!!"
"Golkar menang mbah Buyuuuuut ...!!!"
Gak tau dari siapa asal slogan itu dan apa maksudnya kami juga tidak tahu. Yang penting ikut teriak sekencang-kencangnya.
Kami tiba di lokasi sekitar jam 9 pagi. Namanya juga anak kecil. Sampai di lokasi tanpa pikir panjang aku ajak Ondhot untuk membeli topi Golkar agar makin keren saat ikutan kampanye. Harga yang ditawarkan oleh penjual 100 rupiah. Tanpa menawar aku bayar saja topi itu. Selanjutnya aku sama Ondhot jalan putar-putar keliling lapangan ikutan teriak-teriak. Sekitar jam 12 barulah rasa haus dan lapar mulai menghinggapi kami. Dan memang penyesalan selalu hadir belakangan.
Siang itu kami berdua lemas dan pucat pasi karena haus dan kelaparan. Uang saku dari ibuku yang seharusnya buat jajan malahan kupakai buat beli topi golkar. Akhirnya dari pada pingsan di jalanan aku sama Ondhot memutuskan untuk naik dan menunggu di truk yang akan mengangkut kami pulang.
Kami berdua duduk laksana karung basah sampai sore tiba menunggu rombongan pedagang pulang ke Sepuran.
Nasiibb ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar