Suatu malam ketika ada pertunjukan wayang kulit di daerah Sirandu-Kepil saya diajak kenalan untuk menontonnya. Sebenarnya maksud dia ngajak saya bukan masalah nonton wayangnya, tapi yang penting saya disuruh jadi unduk/orang yang pura-pura pasang di lapak judi dia untuk menarik orang lain agar ikutan masang.
Saya mau saja karena memang saya hobi banget sama yang namanya wayang kulit. Walaupun malam hari berjalan kaki menempuh jarak yang jauh tetap saya bela-belain.
Sesampainya di lokasi pertunjukan wayang dia langsung menggelar lapak roletnya. Sayapun menjalankan tugas saya. Saya diberi modal untuk pura-pura pasang judi. Beberapa waktu kemudian arena dia sudah ramai dikunjungi para pemasang.
Lagi rame-ramenya judi berlangsung tiba-tiba ada operasi dari koramil setempat. Tentara datang mengobrak-abrik dan menyita barang-barang yang digunakan sebagai alat perjudian. Termasuk punya orang yang mengajak saya tadi. Tukang bawa lampu petromaksnya bahkan sampai nyemplung ke blumbang/kolam ikan punya penduduk setempat. Mungkin saking paniknya karena takut ditangkap petugas.
Karena waktu itu masih kecil, saya tetap saja jongkok di situ dan ga di apa-apain sama petugas. Sehabis kejadian itu arena menjadi sepi. Semua orang hilang melarikan diri. Tapi yang saya bingung waktu itu, saya masih megang uang yang dipinjamkan sebagai modal untuk pura-pura pasang judi. Tapi ya karena orang-orang tidak muncul-muncul juga akhirnya uangnya saya bawa pulang buat jajan bakso sekenyang-kenyangnya.
Untunglah peristiwa-peristiwa seperti ini tidak membuat saya terpengaruh untuk berjudi. Walaupun saya tinggal di terminal dan dikelilingi oleh kriminalitas sejak kecil, rupanya bimbingan dari Mbah Kakung saya membuat saya tidak terbawa arus.Yang saya heran malah teman-teman saya yang tinggal di kampung-kampung yang normal malah banyak yang kecanduan judi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar