Bu Rohani adalah guru Bahasa Daerah di SMP kami. Entah kenapa sebabnya sepertinya beliau gak suka sama aku. Tatap mata beliau menampakkan kebencian setiap melihat gerak-gerik saya. Teman-temanku banyak yang tahu perihal ini. Nampaknya dari awal ketemu memang beliau dan saya ditakdirkan tidak cocok (untung ibu tidak sedang hamil, kalo hamil bisa-bisa anak ibu mirip Rano Karno lho. Tapi sebenarnya mungkin sumber kesalahannya ya aku. Habis aku paling bego di pelajaran Bahasa Daerah. Orang jawa yang gak bisa nulis jawa. Maafin deh Bu, rumah saya kan di terminal ...).
Setelah pelajaran pertama buku paket yang dipakai sudah ditentukan. Kami harus membelinya di luar. Saya, anak kampung yang baru menetap di kota mau coba-coba menerapkan pengetahuan dan keahlian di sini. Demi efisiensi biaya aku memutuskan mencari buku paket itu ke penjual buku bekas di Pasar Baledono. Setelah menemukan buku yang dicari terjadi tawar menawar. Dari harga penawaran pertama Rp. 1000,- akhirnya aku berhasil memenangkan lelang dengan harga Rp. 600,-. "A very very GOOD DEAL !" kataku dalam hati. Senyum kemenangan tersungging di bibir. Aku pulang dengan langkap tegap. Puas !!! Puas !!! Puas !!!
Esoknya aku masuk sekolah dengan modal sebuah kisah agung tentang keberhasilan yang akan aku ceritakan dengan penuh kebanggaan. Kami saling menunjukkan buku yang kami beli. Semuanya baru kecuali punyaku. Dasar anak-anak tak paham ilmu ekonomi kataku dalam hati.
Aku bertanya dengan sinis pada beberapa temanku. Jawaban mereka cukup membuat nyaliku mendadak ciut.
Beberapa temanku seperti Bagus Sundoro, Budi Ristiadi dan Nur Safarianto ternyata membeli buku paket baru di toko Muda Jaya hanya seharga Rp. 500,-. Tubuhku mendadak terasa mengecil. Senyumku berubah menjadi kecut. Narasi cerita yang kususun sejak semalam hilang lenyap entah kemana.
Alamaaakkk ... Apes lagi ...Apes lagi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar