Senin, 30 Mei 2011

Rejeki Nomplok

Karena bosan ngekost, kelas I semester 2 saya mulai sekolah dengan nglaju (pp) Wonosobo-Purworejo. Makanya saya harus bangun pagi-pagi benar. Sebelum subuh malahan. Dan pulang sampai rumahpun sudah jam 3 sampai jam 4 sore. Anak kecil dengan jadwal sepadat itu pastilah tidak ada kesempatan untuk bermain-main lagi. Kecapekan. Makanya setiap naik angkutan, entah waktu berangkat maupun waktu pulang sekolah pasti ketiduran.
Suatu saat pas berangkat sekolah seperti biasa saya ketiduran. Pas enak-enaknya tidur dibangunin oleh kernet (saking seringnya bareng sampai saya tahu kalo nama dia Tuwas). Tahu-tahu dia ngasih saya uang ke saya Rp. 200,-. Sayapun mlongo dan memandang dia dengan penuh tanda tanya. Rupanya pandangan kebingungan saya ini disalah-pahami olehnya. Dengan ketus dia berkata " Ora ono eketan !!!" ("Tidak ada uang lima puluh rupiahan!!!). Rupanya dia mengira pandangan bingung saya kepadanya sebagai tanda protes bahwa uang kembaliannya kurang Rp. 50,-. Ongkos angkutan Sapuran-Purworejo untuk pelajar waktu itu memang hanya Rp. 250,-.
Karena masih bingung sayapun diam saja. Setelah kesadaran pulih sepenuhnya aku mulai menelusuri penyebab keanehan-keanehan tadi. Saya periksa saku bajuku. Lho, uang buat bayar angkutan kok masih utuh. Masih uang kertas limaratusan gambar orangutan. Aku tahu. Kasus terpecahkan. Rupanya aku dikira sudah bayar, makanya dikasih uang kembalian. Sebagai anak kecil aku tidak tahu tindakan apa yang seharusnya aku lakukan. Akhirnya aku diam saja.
Masalah baru muncul ketika aku dengar kernet bertengkar dengan seorang pedagang ayam. Kernet ngotot nagih ongkos angkutan ke pedagang ayam itu, sedangkan pedagang ayam itupun bersikeras bahwa dia sudah membayar ongkos dengan uang kertas lima ratusan. Mereka berdua terus bertengkar sampai Purworejo. Sedangkan saya diam pucat pasi dengan keringat dingin bercucuran di seluruh tubuh. Takut ketahuan kalo sebenarnya aku belum bayar. Dan rupanya uang yang dikira dari aku ternyata uang bayaran dari  pedagang ayam tadi. Haduh. Pagi yang berat ...

Tidak ada komentar: