Karena anak Wonosobo yang sekolah di Purworejo jumlahnya cukup banyak, maka setiap berangkat dan pulang sekolah hampir selalu ada yang bareng dalam satu angkutan. Akhirnya lama-lama kami saling mengenal atau setidak-tidaknya saling mengetahui nama satu sama lain. Kebanyakan berasal dari Sapuran sama Kepil. Dari semua anak Wonosobo yang sekolah di Purworejo waktu itu semuanya adalah anak SMA, kecuali saya. Saya adalah satu-satunya anak Wonosobo yang sekolah di Purworejo yang masih SMP (dari awal nampaknya memang sudah kurang kerjaan ya. Sekolah SMP kok jaraknya 37 km).
Pernah suatu hari sebelum sekolah saya dititipi oleh ibu untuk membeli tahu di Purworejo. Jenis tahu yang dipesan ibu memang yang enak adalah yang berasal dari Purworejo. Pulang sekolah aku mampir ke pasar untuk membelinya. Setelah itu jalan kaki menuju tempat angkutan jurusan Wonosobo ngetem. Karena masih kosong aku dapat tempat duduk VVIP, yaitu di depan. Tahu saya taruh di bagian dashboard.
Hari itu sepertinya adalah hari keberuntungan saya (sepertinya !!). Penumpang berikutnya yang datang adalah anak cewek SMA yang berasal dari Kepil. Saat itu dia adalah idolanya anak sekolah di angkutan jurusan Wonosobo-Purworejo (semacam Angkot Idol). Kalau ga salah namanya mbak Siti (bener ga ya?). Diapun duduk di depan di sebelahku. Setelah angkutan penuh angkutan berangkat.
Setengah jam mobil jalan seperti biasa, ngantuk mulai menyerang. Demi menjaga harkat dan martabat saya sebagai laki-laki, kutahan rasa ngantukku yang luar biasa agar tidak kebablasan tidur (menjaga harkat dan martabat kok sambil bawa bungkusan tahu). Tetapi rupanya aku ga kuasa menahan ngantuk yang luar biasa itu. Mataku seperti dilem. Seperti dilas malah rasanya. Akhirnya tanpa terasa tertidurlah aku.
Ketika mobil melewati jalan-jalan yang berlubang-lubang aku terbangun. Ternyata kepalaku sudah bersender manja di bahu mbak Siti dan bungkusan tahuku yang ada di dashboard jatuh dan sudah pindah ke pangkuannya. Waduh ... Malunya luar biasa. Aku ambil tahunya dan kutaruh lagi di dashboard. Posisi duduk aku benerin agar wibawaku di hadapan mbak Siti bisa kembali. Tetapi namanya anak kecil lagi ngantuk, tanpa terasa sepuluh menit kemudian aku tertidur lagi. Ketika melewati jalan berlubang, mobil terguncang, aku terbangun lagi. Dan lagi-lagi kepalaku sudah bersender manja di bahu mbak Siti. Bungkusan tahu itupun sudah ikut-ikutan pindah kembali ke pangkuan mbak Siti. Ga mau kalah sama yang punya rupanya.
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Rupanya rasa maluku tidak kuasa mengalahkan rasa kantukku. Sebenarnya di setiap kejadian mbak Siti juga biasa-biasa saja. Rupanya dia kasian lihat anak SMP yang cute lagi kecapekan. Waktu tahunya jatuh di pangkuannyapun doi biasa-biasa saja. Tidak berusaha mengembalikkannya ke atas dashboard. Sepertinya dia memang punya hati yang baik dan berusaha menjaga perasaanku. Tetapi harga diri dan kehormatanku sebagai laki-laki sudah terlanjur sirna ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar