Hari itu di kampus kami tengah berlangsung ujian akhir semester tingkat I. Saya gak ingat waktu itu mata kuliahnya apa. Yang jelas soalnya ada itung-tungan yang sulit banget. Semua orang serius banget ngerjainnya.
Dua jam kemudian waktu habis. Kami harus meninggalkan ruangan.
Aku tanya teman-teman yang mukanya nampak merah karena pusing ngerjain soal. Dua orang yang aku tanya diantaranya adalah Wisnu sama Choirudin. Di bidang pelajaran kami bertiga termasuk kasta paria. Pas-pasan banget. Nyaris sudra ... Mendekati zona degradasi ...
Jawaban Wisnu : "Aku blas gak bisa ngerjain soal. Pening banget. Susaahh ...!".
Jawaban Choirudin : "Aku babar blas gak mudeng. Pening kepalaku ... !"
Kataku : "Aku juga pening banget ... !".
Cuma penyebabnya lain.
Kalau Wisnu sama Choirudin pening kepalanya karena mikir ngerjain soal dan tetap tidak bisa njawabnya, maka kepalaku pening karena berusaha membaca lembar jawaban dua teman di depanku dari jarak 2 meter.
Dua teman yang duduk di depanku adalah Hanna Hesky sama Masna. Mereka termasuk anak pandai dan rajin. Kebiasaan mereka memegang lembar jawaban dengan posisi kertas berdiri sangat menguntungkan mahasiswa pemalas bermata elang seperti saya.
Sifat pemalas belajar saya yang berkategori ultra nampaknya berakibat positif terhadap kesehatan mata saya. Sampai sekarang aku masih bisa membaca koran dari jarak 2 meter lho.
Tapi yang membuat aku heran, apa membaca komik, cergam, novel, cerita silat Kho Ping Hoo, dll tidak merusak mata saya ya. Padahal khusus untuk bukunya Kho Ping Hoo, saya bisa gak tidur semalamam agar mbacanya cepat tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar