Senin, 23 Mei 2011

Tanjungsari

Setelah gagal mengajak teman saya Teguh saya balik ke tempat kost saya. Waktu itu saya ngekost di rumah salah satu sahabat terbaik saya Herdiyanto. Sampai sekarang kami tetap seperti sebuah keluarga saja rasanya.
Kami bersiap-siap berangkat. Segala peralatan yang perlu kami bawa kami susun dengan rapi.
Tunggu dulu ! Menurut Anda kira-kira peralatan apa yang akan kami bawa waktu itu ?
Apakah peralatan memasak semacam kompor, wajan, panci, dan lain-lain?
Atau peralatan keselamatan seperti tali, lampu senter, obata-obatan dan semacamnya ?
Oohh bukan ! Bukan peralatan model itu yang sedang kami persiapkan.
Mungkin terdengar ekstrim, tapi inilah peralatan yang akan kami bawa ke perkemahan di Tanjungsari :
1. Setruman ikan,
2. Jaring ikan, dan
3. Racun ikan (potasium/potas yang sebelumnya sudah kami beli di toko bahan kimia di daerah pasar Wonosobo).
Kami memang berencana mencari ikan dengan segala macam cara saat berkemah. Beberapa orang dari regu kami termasuk maniak dunia perikanan. Tiga orang yang terlibat aktif adalah saya, Herdiyanto dan Vendy. Saya yang akan menggunakan setruman dan Herdiyanto yang akan menggunakan jaring. Dialah yang paling berpengalaman dengan peralatan ini. Dia juga yang ahli dalam bidang perpotasan. Saya sendiri adalah ahli di bidang setrum-menyetrum ikan (sekarang saya sangat menentang penggunaan setrum, racun dan bom dalam mencari ikan karena mengancam kelestarian lingkungan).
Selesai memasang tenda, sore itu kami langsung mencari parit-parit yang potensial ada ikannya. Setelah ketemu kami mulai beraksi dengan menyebarkan bubuk potasium yang kami bawa. Hasilnya kami cuma memperoleh beberapa ekor ikan gabus (kothok). Kurang memuaskan.
Saat malam tiba giliran saya yang beraksi dengan setruman. Tapi di sini kami juga mengundang bintang tamu. Seorang penumpang gelap yang juga saudara saya, namanya Ondhot (yang membaca tulisan saya sebelumnya tentu tahu siapa dia beserta sepak terjangnya).
Dengan membawa lampu petromaks kami berempat meluncur ke TKP, yaitu di Kali Mangir. Penyetruman dimulai. Sampai dengan jarak 50 meter ikan yang kami peroleh masih sedikit. Setelah itu di satu lokasi di bawah rerimbunan pohon pisang barulah kami menemukan spot yang menghasilkan ikan berlimpah ruah. Kami senang sekali. Suara kegirangan terdengar dari kami semua.
Tapi, yang namanya perbuatan melanggar hukum dimanapun pasti tidak diridhoi. Itu juga berlaku bagi kami berempat.
Buktinya pas lagi rame-ramenya ikan hasil setruman kami dapat, tiba-tiba mak pet !!!
Lampu petromaks yang kami bawa mendadak mati. Yach ! Gagal dech panen raya malam itu. Akhirnya kami berempat balik ke tenda. Ikan yang kami peroleh seadanya kami goreng.
Rupanya malam itu Vendy teman kami agak kelaparan (atau doyan ya?). Dia tidak sabar menunggu ikan digoreng sampai matang. Dalam keadaan setengah matang ikan-ikan kecil dia ambil dari wajan. Ditiup-tiup dikit lalu dimakan. Enak banget kayaknya. Dingin-dingin makan ikan goreng panas, walaupun baru setengah matang. Setelah itu kami berangkat tidur.
Beberapa waktu setelah kejadian tersebut baru kami ketahui bahwa konon lokasi tempat lampu petromaks kami mati saat mencari ikan adalah tempat yang angker. Katanya memang sering ada kejadian aneh di tempat itu. Saya sich ga percaya. Hanya Tuhan yang tahu ...

1 komentar:

kolekdol serba kuno mengatakan...

toko kimianya sebelah mana maz?