Sampai di Semarang aku naik ojek menuju penginapan. Penginapan itu sebenarnya lebih tepat disebut penampungan. Lha wong fasilitasnya cuma tikar mendong/tradisional yang digelar di lantai kok. Aku tidur ramai-ramai bareng calon penumpang lain. Mirip pengungsi di barak pengungsian.
Besoknya kami diantar menuju pelabuhan. Namanya juga pengalaman pertama. Waktu berebut naik kapal, jam tanganku yang merupakan hadiah dari Matahari Dept. Store dan ada lambang Matahari-nya raib dari pergelangan tanganku. Untungnya dompet sudah aku amankan di saku celana bagian dalam (bukan di celana dalam bagian saku lho ...).
Ternyata di dalam kapal, bagi penumpang kelas ekonomi ada acara rebutan kasur segala. Yang ternyata juga nanti ditarik uang sewa perkasur. Harganya waktu itu Rp. 2.000,-.
Setelah semua penumpang mendapat tempat terdengar pengumuman dari pengeras suara:
"TING TONG ..."
"Diumumkan kepada para pengantar, buruh-buruh bagasi dan para pedagang asongan agar segera meninggalkan kapal. Karena KM "Leuser" sebentar lagi akan diberangkatkan ...".
Suara kru dari pengeras suara terus diulang-ulang untuk memperingatkan agar tidak ada orang yang terbawa naik kapal.
"DOOOO...OOTTTT ...!!!"
Suara bel dari kapal terdengar nyaring tanda kapal akan berangkat.
Jam 08.00 pagi Kapal Motor "LEUSER" berangkat meninggalkan pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Aku tidak mau melepaskan pandanganku dari pantai. Terasa semakin lama aku semakin menjauh dari orang-orang terkasih dan kampung halaman tercinta. Kembali hati ini terasa sesak ...
Karena ini adalah pengalaman pertamaku naik kapal jarak jauh (sebelumnya cuma naik fery nyeberang Selat Bali ...), maka aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk sepuas-puasnya memandangi lautan. Aku berusaha mengamati lautan siapa tahu saja akau dapat melihat ikan yang melintas.
Rupanya Tuhan berkenan menghiburku. Di tengah lautan aku sempat melihat seekor ikan terbang (mirip yang di Indosiar) berukuran besar terbang dan melintas di samping kapal. Dan itu adalah untuk pertama dan terakhir kalinya aku melihat ikan di lautan lepas. Semenjak itu, selama puluhan kali saya naik kapal bolak-balik Jawa-Kalimantan, tidak sekalipun aku melihat ikan lagi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar