Cerita ini terjadi waktu saya masih kelas 1 SD. Saya ikut Pal Lik saya Pak Oto dan temannya, yaitu Cutang (Ga tahu kenapa kok namanya mirip kaki jangkrik bagian belakang). Seperti biasa setiap Wage (hari pasaran di tempat kami) kami selalu berwisata, yaitu jalan-jalan ke pasar. Biasanya kami melihat penjual pisau, ikan atau penjual obat.
Hari itu kebetulan ada penjual obat yang baru pertama kali berdagang di pasar. Barang yang dia jual adalah obat yang menurut dia bisa melunturkan tulisan di koran dan dipindahkan ke kertas lain. Bentuknya seperti sabun berwarna kuning. Cara kerjanya adalah sabun itu dioleskan di bagian koran yang akan dipindahkan tulisannya, kemudia tulisan itu digosok-gosok dengan sendok agar tulisan di koran bisa pindah ke kertas putih. Zaman itu, bisa mindah tulisan dari koran saja sudah membuat kami terkagum-kagum loh (apalagi kalo lihat mesin fotokopi ya ?).
Pak Otopun tertarik untuk membelinya. Dengan obat itu, beliau bermaksud memindahkan gambar-gambar film yang ada di koran ke kertas di buku. Mungkin akan ditunjukkan ke teman-temannya di sekolah.
Pak Oto memutuskan untuk membelinya. Di samping obatnya, penjual obat tiu juga memberikan sedikit sampel sobekan koran untuk kami. Setelah membeli obat itu kami segera pergi ke rumah Cutang untuk mempraktekkannya. Kami cari gambar-gambar yang bagus di koran. Di rumah Cutang memang banyak koran bekas karena orang tuanya adalah agen koran Sinar Harapan.
Tetapi setelah berkali-kali kami mencoba, ternyata gagal terus. Gambar-gambar yang ada di koran tetap tidak bisa pindah ke kertas lain. Karena Pak Lik saya itu orangnya pinter masalah teknis, makanya dia segera curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di sini. Diambilnya sobekan kertas yang diberikan oleh penjual obat tadi. Koran itu ditempelkan dan digosok-gosokkan ke kertas dengan sendok tanpa diolesi obat dulu. Ternyata benar. Gambar dan tulisan di koran itu bisa langsung pindah tempat. Jadi di sini jelas sudah terjadi penipuan. Ternyata rahasianya ada di korannya. Bukan di obat yang dijualnya.
Menyadari telah tertipu kami bertiga langsung balik ke pasar. Kami langsung mendatangi tukang obat itu. Kepada penjual obat itu Pak Oto menyodorkan koran yang dibawa dari rumah Cutang. Penjual obat itu diminta mempraktekkan obatnya di situ. Tetapi tukang obat itu pura-pura tidak mendengar permintaan Pak Oto. Walaupun sudah berulang-ulang diminta, tetap saja tukang obat itu pura-pura sibuk mengurusi pembeli lain.
Akhirnya kami bosan.
Kepada penjual obat berkali-kali Pak Oto bilang: "Nylemur !!" ... "Nylemur !!" ... "Nylemur" ...
Nylemur = Bahasa Wonosobo yang artinya pura-pura tidak tahu.
3 komentar:
kegunaannya mindah tulisan/gambar dr koran buat apa ya?
Lah. Jaman itu bisa mindah tulisan dari koran ke kertas adalah keajaiban. Semua orang akan terkagum-kagum lah ...
wah fotonya diedit
Posting Komentar